USAHAKAN AGAR HARGA SEMEN STABIL SAMPAI KE PELOSOK

USAHAKAN AGAR HARGA SEMEN STABIL SAMPAI KE PELOSOK

 

 

PRESIDEN SOEHARTO :

Presiden Soeharto mengatakan, keberhasilan membangun proyek-­proyek besar dalam keadaan ekonomi yang belum terlepas dari pengaruh kesuraman ekonomi dunia, jelas merupakan prestasi yang patut disyukuri.

Keberhasilan itu menambah kepercayaan akan kemampuan diri sendiri, sehingga bangsa kita tetap bersemangat untuk melanjutkan pembangunan di masa-masa mendatang.

“Semangat membangun tak kalah pentingnya dibandingkan dengan kemampuan untuk membangun, karena semangat besar itulah yang akan membuat kita mampu bertahan terhadap hambatan, kesulitan dan bahkan modal untuk mengatasi bahaya kegagalan.”

Presiden Soeharto menandaskan hal itu ketika meresmikan selesainya pembangunan pabrik semen Unit III PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan, Rabu kemarin. Peresmian itu dihadiri pula Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew yang tengah berkunjung ke Indonesia dan telah mengadakan pembicaraan khusus dengan Presiden Soeharto hari Selasa.

Angkutan laut

Unit III ini berkapasitas 590.000 ton semen per tahun, sehingga kapasitas produksi PT Semen Tonasa keseluruhannya adalah 1,21 juta ton setiap tahunnya.

Menurut Kepala Negara, selesainya pembangunan pabrik ini merupakan langkah makin maju dalam tekad memeratakan pembangunan. Pengembangan proyek-proyek baru dan besar ke arah timur tanah air, diarahkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah yang luas itu.

Sasaran pertama pembangunan Unit III ini adalah mencukupi kebutuhan semen masyarakat Indonesia di wilayah timur, sedang kelebihannya untuk ekspor.

Menurut Kepala Negara, dengan pasaran di wilayah timur sekitar 1,3 juta ton per tahun, akan membuka kegiatan jalur angkutan laut tetap dengan tingkat kesibukan yang tinggi.

Jalur angkutan laut itu juga dirangkaikan dengan keperluan pembangunan industri lainnya, sekaligus diarahkan untuk mendorong pembangunan wilayah dan pemerataan pembangunan.

Usahakan Harga Stabil

Mengenai industri semen yang termasuk barang strategis ini, Presiden Soeharto menekankan agar di samping penyediaannya distabilkan, harganya pun stabil sampai ke konsumen di pelosok. Karena itu efisiensi dalam proses produksi, pengangkutan maupun distribusi harus ditingkatkan.

“Ini memerlukan perencanaan yang cermat dan matang, di samping keterpaduan antara kemampuan produksi dan tersedianya alat pengangkutan,” tegas Kepala Negara.

Diingatkannya, akhir tahun ini kapasitas terpasang pabrik semen akan mencapai 17,4 juta ton, sehingga sudah melampaui kebutuhan dalam negeri. Karena itu kelebihannya akan diekspor secara teratur dan mantap.

Ia menyadari pasaran internasional penuh dengan persaingan ketat, sehingga diharapkan industri semen dapat bersaing dengan jalan meningkatkan mutu dan efisiensi setinggi-tingginya.

Acara itu dihadiri pula Ny. Tien Soeharto dan Ny. Lee Kuan Yew beserta sejumlah menteri kabinet, seperti Mensesneg Sudharmono SH dan Pangab/Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani.

Pembangunan pabrik sekitar 60 kilometer sebelah utara Ujungpandang ini dimulai 9 Januari 1982 dan selesai September 1984.

Unit III menelan investasi Rp 98,907 milyar, berasal dari kredit ekspor Jerman Barat Rp 50,087 milyar, Bapindo Rp 26,412 milyar, dana pemerintah RI Rp 8.665 milyar serta dana PT Semen Tonasa sendiri Rp 2.156 milyar. (RA)

 

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (04/04/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 146-148.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.