UTANG LN DAN MAKANAN TOPIK PERTEMUAN MENTERI EKONOMI GNB [1]
Denpasar, Antara
Pertemuan komite tetap tingkat menteri Gerakan Non Blok (GNB) untuk kerjasama ekonomi akan berlangsung di Bali tanggal10-13 Mei 1993 antara lain membahas masalah pengamanan makanan (food security) dan utang luar negeri.
Kepala Badan Pelaksana Ketua GNB, Nana Sutresna kepada ANTARA di Nusa Indah Convention Centre (NICC) Nusa Dua Jumat sore mengatakan, pertemuan itu diharapkan dapat menjabarkan “Pesan Jakarta ” (Jakarta Message) dalam bentuk program yang konkrit.
Pertemuan besar pertama yang diselenggarakan setelah Presiden Soeharto menjadi ketua GNB, menurut Sutresna, akan mendengarkan masukan dari negara anggota dalam hal melaksanakan keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam KTI Jakarta.
Komite Tetap Kerjasama Ekonomi GNB yang beranggotakan 37 negara itu pada intinya membahas dua masalah besar seperti yang digariskan dalam KTI Jakarta yaitu bagaimana menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan dan memperkuat kerjasama Selatan-Selatan.
Ini merupakan topik penting dalam perkembangan dunia sekarang, sedangkan yang terkait dengan kerjasama ekonomi paling pokok untuk dibahas adalah mengenai kepentingan semua negara anggota yaitu masalah pengamanan makanan.
“Bagaimana kita mengatasi masalah pangan, terutama yang dihadapi di Afrika, karena hal itu melanda sebagian negara GNB, “katanya dengan menambahkan, kita bukan memberikan ikan, tetapi kail atau pancing.
Masalah lain menurut Duta Besar Keliling itu menyangkut masalah hutang luar negeri, yaitu bagaimana mengatasi masalah berat yang sampai sekarang belum ada penyelesaian secara nyata.
Oleh sebab itu diperlukan masukan yang dapat disampaikan para menteri ekonomi GNB dalam sidang pertamanya yang dijadualkan diresmikan Presiden Soeharto tanggal ll Mei mendatang.
Nana Sutresna yang hadir di Bali beserta sejumlah pejabat Deplu untuk persiapan pertemuan tingkat menteri ekonomi GNB tersebut menegaskan, semangat KIT Jakarta adalah semangat kerjasama dan semangat dialog.
“Kita dulu mengambil program-program aksi, tapi sekarang harus dibimbing, sebagaimana yang dihasilkan pada KIT Jakarta, yaitu kerjasama dan dialog yang konstruktif ,”kata Nana Sutresna.
Pertemuan Bali yang disebut dengan “Meeting of the Standing Ministers Committe on Economic Cooperation of the NAM ” diharapkan dihadiri 37 negara anggota komite, dan para peninjau dari badan internasional.
Apakah pertemuan ini akan menghasilkan semacam deklarasi ekonomi GNB, Nana Sutresna mengatakan hal itu masih dirembukkan para menteri ekonomi.
Salah satu yang terpenting sekarang bagi Indonesia sebagai Ketua GNB adalah memperoleh masukan dari negara anggota dalam melaksanakan keputusan-keputusan KIT Jakarta, kata Nana Sutresna.
Ketika ditanya apakah kemungkinan Presiden Soeharto selaku Ketua GNB menyampaikan pandangan GNB pada KIT G-7 di Tokyo, ia mengatakan, masalah itu tidak masuk mata acara agenda pertemuan di sini.
“Tetapi kalau para menteri ketemu, bisa saja tukar menukar catatan,”katanya menambahkan. Nana Sutresna berada di Bali bersama Dirjen Hubsosbudpen Deplu Jauhari Nata atmaja, sebagai salah satu kegiatan dalam upaya mempersiapkan pertemuan tersebut. (U.Dps-001/EU09/24/04/9319:19)
Sumber:ANTARA(24/04/1993)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 417-418.