WIDJOJO: SISTEM DEVISA BEBAS UNTUNGKAN INDONESIA

WIDJOJO: SISTEM DEVISA BEBAS UNTUNGKAN INDONESIA[1]

 

Tokyo, Antara

Penasehat ekonomi pemerintah Indonesia Prof. Widjojo Nitisastro berpendapat sistem devisa bebas lebih menguntungkan bagi Indonesia, karena telah terbukti bahwa kebijaksanaan tersebut mampu menarik masuknya investasi asing.

“Kami sudah melaksanakan sistem devisa bebas sejak 1970-an dan ini lebih menguntungkan,” katanya menjawab sebuah pertanyaan pada Konperensi Internasional Tokyo untuk Pembangunan Afrika (TICAD) yang dibuka oleh PM Jepang Morihiro Hosokawa, Selasa.

Konperensi tersebut dihadiri sekitar 400 peserta dari 60 negara, termasuk Presiden Benin Nocephore Dieudonne Soglo, Presiden Burkina Faso Blaise Compaore, Presiden Ghana Jerry John Rawlings dan Presiden Uganda Yoweri K. Museveni serta puluhan menteri dan pejabat tinggi.

Konperensi yang akan berlangsung dua hari sampai Rabu itu diselenggarakan pemerintah Jepang bekeijasama dengan PBB. Selain Widjojo yang tampil sebagai salah satu pembicara utama, hadir juga dari Indonesia pada konferensi itu adalah Prof. Dr. Emil Salim, Rachmat Saleh, Prof. M.Sadli dan Suhadi Mangkusuwondo.      ‘

Menjawab pertanyaan delegasi Afrika, Widjojo mengatakan bahwa berdasarkan sistem devisa bebas investor bisa membawa masuk modal ke Indonesia tanpa batasan dan dapat menarik modalnya setiap saat.

Penerapan sistem itu di Indonesia justru dapat mencegah pelarian modal ke luar negeri (capital flight) dan menjadikan Indonesia semakin menarik bagi investor domestik maupun asing. Sebelumnya ia membawakan makalahnya berjudul “Some Features of Indonesia’s Economic Development During The Last 25 Years” (Beberapa Pokok Pembangunan Ekonomi Indonesia Selama 25 Tahun Terakhir).

Dalam makalahnya itu ia mengemukakan pengalaman pembangunan jangka panjang tahap pertama Indonesia. Dikemukakan bahwa basil pembangunan di Indonesia di bawah Presiden Soeharto sejak 1966 dapat dilihat antara lain dari keberhasilan pelaksanaan keluarga berencana (KB), pencapaian swasembada pangan, tingkat pertumbuhan ekonomi dan upaya mengurangi kemiskinan.

Mantan Menko Ekuin dan Ketua Bappenas itu menggaris-bawahi upaya Indonesia mempertahankan kepercayaan negara-negara donor, dengan berusaha mencegah penjadwalan kembali pengembalian utang luar negeri. Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan beberapa negara Eropa anggota Masyarakat Eropa lainnya hadir pacta konperensi itu sebagai negara-negara donor.   (T-KL-02/EU01/RU3)

Sumber:ANTARA(OS/ 10/ 1993)

___________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 617-618.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.