WISATA PERS KE ISTANA BOGOR, WARTAWAN KECEWA TAPI MENGERTI

WISATA PERS KE ISTANA BOGOR, WARTAWAN KECEWA TAPI MENGERTI[1]

 

Jakarta, Antara

Wartawan peliput sidang APEC yang ikut wisata pers ke Istana Bogor, Sabtu, kecewa karena gagal memasuki ruang Garuda, yang akan menjadi arena pertemuan pemirnpin ekonomi 18 negara Asia Pasifik 15 November.

Kekecewan hampir 500 wartawan dalam dan luar negeri yang mengikuti kegiatan wisata pers atas undangan Lippo Group itu karena pihak keamanan tidak mengijinkan memasuki ruang Garuda dengan pertimbangan keamanan, padahal beberapa wartawan media elektronika sudah “berat-berat” membawa perlengkapannya.

“Kami kecewa karena hanya diijinkan memotret Istana Bogor dari luar, tetapi kami bisa mengerti pertimbangan keamanan itu,” kata Henryk Suchar, editor dari Televisi Polandia.

Para wartawan media elektronika semula ingin memanfaatkan kunjungan awal tersebut untuk mengambil gambar guna melengkapi berita pertemuan pemimpin ekonorni APEC Selasa mendatang, mengingat kesempatan meliput langsung di tempat itu dibatasi untuk 500 wartawan. Para wartawan mengalihkan kekecewaannya dengan memotret berbagai patung perunggu wanita “telanjang” yang menghiasi taman istana. Petugas keamanan juga dibuat kerepotan saat memeriksa para wartawan melewati pintu pemeriksa benda logam, karena banyak yang mengantongi kamera saku, alat perekam, pena, bahkan ikat pinggang wartawati.

“Ibu silakan berputar lagi karena masih ada yang bunyi,” ucap petugas keamaan, sekalipun wartawati itu telah menyerahkan kamera dan alat perekamnya.

“Ini pasti karena ikat piggang saya, “jawab wartawati itu sambil memamerkan ikat pinggang logam. Acara di Istana Bogor diawali makan pagi dengan berbagai menu pilihan jenis “fast food”, ala barat dan masakan Indonesia, selanjutnya berkeliling halaman istana sambil mendengarkan penjelasan tentang rencana acara penerimaan 17 pemimpin negara APEC oleh Presiden Soeharto, pertemuan di Ruang Garuda, dan keterangan pers di bagian belakang istana.

Wisata pers diakhiri dengan kunjungan ke Lippo City di Bekasi, suatu kawasan kota mandiri seluas 2.000 hektar dan akan dikembangkan menjadi 4.000 hektar, untuk makan siang bersama. Kawasan terpadu yang antara Jain terdiri atas kawasan industri, permukiman, dan perhotelan itu cukup membuat kagum para wartawan dalam dan luar negeri, terlihat dari kesan-kesan  yang mereka sampaikan. Namun, seorang koresponden harian Le Figaro (Perancis) di Australia mengatakan bahwa pembangunannya terlalu kebarat-baratan, dania meminta agar tahap berikutnya ada sentuhan-sentuhan tradisional. Dalam kunjungan tersebut, kepada para peserta juga disuguhi tarian tradisional Jaipongan, dan dengan penuh antusias para wartawan ikut menari bersama. (T.SBY-03/SP-03/PE06/PE11/DN08/ 12/ll/94   20:09/RUl/21:39)

Sumber: ANTARA(l2/11/1994)

_________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 699-700.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.