YANG DIBANGUN ADALAH SELURUH DAERAH INDONESIA
PRESDIEN SOEHARTO :
Presiden Soeharto mengingatkan, rakyat Indonesia dalam melaksanakan pembangunan hendaknya tidak berpikir berkotak-kotak atau secara daerah-daerah, karena yang dibangun adalah seluruh daerah Indonesia.
Presiden mengemukakan hal itu dalam acara temu wicara dengan petani peserta proyek-proyek perkebunan Riau seusai meresmikan Pabrik Kelapa Sawit Beringin Jaya PTP V di Tandun, lebih kurang 170 km dari Pekanbaru Kamis siang.
“Kita tak boleh berpikir berkotak-kotak, atau secara daerah-daerah saja dalam melaksanakan pembangunan, karena yang kita bangun adalah seluruh Indonesia,” kata Kepala Negara.
Presiden memberi tanggapannya itu ketika berlangsung dialog langsung dengan 30 petani kebun yang mewakili ribuan petani peserta proyek perkebunan di Riau.
Presiden gembira mendengar dari para petani itu bahwa di daerah Riau kehidupan penduduk asli daerah itu dengan para pendatang tidak terganggu, bahkan penduduk setempat banyak belajar dari para pendatang terutama dari para transmigran mengenai cara bercocok tanam, dan beternak yang baik.
“Kami banyak belajar dan memang ada manfaatnya”, ujar seorang petani kebun kepada Presiden Soeharto yang disertai Ibu Tien Soeharto dalam temu wicara yang berlangsung sekitar 30 menit.
Presiden mengatakan, program transmigrasi dilaksanakan dari Jawa ke daerahÂdaerah lainnya karena Pulau Jawa walau melupakan pulau terkecil dari empat pulau lainnya yakni Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, namun Pulau Jawa mempunyai penduduk yang padat.
Dalam tanya jawab langsung dengan Kepala Negara itu para petani ada, yang memohon bantuan angkutan hasil produksi, ada pula yang minta bibit ayam ras, ada yang minta racun rumput, ada yang minta sekolah dasar, balai pengobatan untuk pemeriksaan KB, ada yang minta bibit sapi unggul, bibit kelapa hibrida, ada yang mohon bantuan untuk mengatasi masalah gajah.
Mengenai permintaan bibit sapi unggul yang diajukan oleh petani dari kabupaten Tanjung Pinang, Presiden yang mengetahui seluk beluk peternakan itu mengatakan, pengembangan ternak sapi itu bukan tergantung pada unggul atau tidak unggul bibitnya, tetapi dari cara pemeliharaannya.
Namun ia mengatakan, petani dari kabupaten Tanjung Pinang yang sudah, mempunyai 10 sapi lokal itu bisa dikembangkan, dengan memberikan suntikan bibit sapi unggul.
Dalam sepuluh tahun sapi lokal itu bisa memproduksi seperti sapi unggul. “Jadi jangan minta sapi unggul, tapi mani dari sapi unggul disuntikkan ke sapi lokal,” kata Presiden.
Kesulitan angkutan
Mengenai kesulitan angkutan, pemasaran, Presiden Soeharto menganjurkan agar KUD ikut mengambil bagian dalam mengatasi hal itu.
Presiden mengingatkan, seluruh desa di Indonesia harus mempunyai KUD, dan setiap warga desa harus menjadi anggota KUD. Kalau KUD berjalan baik, maka masalah pemasaran hasil produksi dan soal angkutan dapat berjalan dengan baik pula. Baik tidaknya KUD itu tergantung partisipasi semua anggota, bukan tergantung hanya pada Kakanwil Koperasi.
Tentang permintaan bibit ayam ras dari petani, Presiden menginstruksikan gubernur untuk memperhatikan hal ini.
Mengenai masalah gajah yang dikemukakan seorang petani, Presiden membenarkan bahwa masalah ini sedang ditangani pemerintah, yakni bagaimana lingkungan hidup gajah tidak musnah dan juga agar gajah itu tidak mengganggu kehidupan manusia.
Dalam temu wicara itu Presiden menekankan perlunya dipelihara baik-baik sertifikat tanah bagi petani yang telah memilikinya. Sertifikat tanah itu penting, dan secara hukum tidak bisa diganggu gugat.
“Bersyukurlah saudara yang telah memiliki sertifikat tanah itu, karena masih banyak petani yang belum memiliki sertifikat tanah,” kata Kepala Negara.
Presiden mengingatkan, sekitar enam juta petani yang belum memiliki tanah, karena mereka itu adalah buruh tani. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, seorang petani paling sedikit mempunyai tanah setengah hektar. Itupun tanah yang subur.
Menurut sensus pertanian tahun 1983, 8,7 juta kepala keluarga petani yang mempunyai tanah di bawah setengah hektar dan sepuluh juta kepala keluarga memiliki tanah setengah hektar ke atas.
Dialog langsung Presiden Soeharto dengan para petani banyak di selingi gelak tawa, karena pertanyaan yang diajukan para petani begitu polos dengan bahasa apa adanya.
“Apakah benar kelapa hibrida itu buahnya tinggi dan batangnya rendah ?”, tanya seorang petani kepada Presiden, yang membuat hadirin terkekeh-kekeh.
Presiden menjawab bahwa kelapa hibrida dalam satu hektar bisa menghasilkan enam ton, sedangkan kelapa biasa dalam satu hektar hanya dua ton.
Selesai tanya jawab itu Presiden yang disertai Menteri Pertanian, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Perindustrian dan Menteri Muda Tanaman Keras melakukan peninjauan keliling pabrik kelapa sawit “Beringin Jaya” milik PTP V Presiden juga sekaligus secara simbolik meresmikan Pabrik Kertas PT. Indah Kiat Pulp dan Paper Corp. (RA)
…
Pekanbaru, Antara
Sumber : ANTARA (25/05/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 721-723.