YITZHAK RABIN TEMUI PRESIDEN SOEHARTO [1]
New York, Republika
Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin menemui Presiden Soeharto di lantai 41 Hotel Waldorf Towers, tempat Kepala Negara menginap selama di New York. Kedatangannya adalah untuk menjelaskan mengenai perkembangan terakhir proses perdamaian Timur Tengah, khususnya hubungan Israel dan Palestina.
“Pertemuan tersebut atas keinginan PM Yitzhak Rabin dan permintaan ini sedikit mendadak,” kata Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, menjawab wartawan di New York Sabtu (21/10) sore pukul 20.00 waktu setempatatau pukul 09.00 WIB hari Minggu (22/10).
Menurut Moerdiono, apa yang dijelaskan Yitshak Rabin, merupakan kelanjutan dari penjelasan-penjelasan yang pernah disampaikan oleh PM Rabin kepada Presiden Soeharto di Jakarta sekitar dua tahun yang lalu. Demikian laporan wartawan Pembaruan Mansyur Barns dari New York, Minggu (22/ 1O) pagi. Penjagaan di Hotel Waldotf Towers terlihat lebih ketat dengan adanya kunjungan PM Rabin tersebut. Memang, secara keseluruhan penjagaan di New York lebih ketat dari biasanya, sehubungan dengan berlangsungnya peringatan ulang tahun ke-50 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di Hotel Towers juga menginap beberapa Kepala Negara/Kepala Pemerintahan lainnya, yang datang untuk menghadiri peringatan setengah abad PBB itu.
Bank Dunia
Sebelumnya, Kepala Negara di tempat yang sama menerima Presiden Bank Dunia, James D Wolfenson. Ia baru 6 bulan menjadi Presiden Bank Dunia. Mensesneg Moerdiono yang menjelaskan hasil pe1temuan tersebut mengatakan, pada kesempatan itu Presiden Soeharto menyampaikan terima kasih atas peranan Bank Dunia selama ini, baik dalam memberi pinjaman untuk kelancaran pembangunan Indonesia maupun kesediaan Bank Dunia memimpin CGI.
“Tentu saja sumbangan Bank Dunia itu memberikan arti yang penting bagi pembangunan Indonesia. Pinjaman-pinjaman luar negeri, kita gunakan sepenuhnya untuk membangun proyek-proyekjangka panjang yang memberi manfaat kepada pembangunan,” kata Mensesneg.
Presiden Soeharto juga menyampaikan harapannya agar di tahun-tahun yang akan datang. Bank Dunia dapat memberikan bantuannya untuk pembangunan Indonesia. Menurut Mensesneg, Presiden Soeharto dalam kesempatan itu memberikan uraian secara menyeluruh mengenai hasil-hasil pembangunan di Indonesia, serta masalah-masalah yang dihadapi. Antara lain mengenai jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Seperti diketahui, Indonesia berhasil menurunkan secara drastis jumlah penduduk yang miskin, dari 60% menjadi 14% dalam waktu yang relatif singkat. Hal itu mendapat pujian dari Bank Dunia dan badan-badan yang kompeten. Dengan melanjutkan kebijakan-kebijakan ekonomi seperti yang sekarang, diharapkan dalam Repelita VII, masalah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dapat diatasi. Presiden Bank Dunia menyatakan rasa bangga atas keberhasilan pembangunan Indonesia, dan ucapan tersebut disampaikan karena mereka ikut serta membantu Indonesia dalam proses pembangunan. Ia juga menyatakan bersedia untuk melanjutkan bantuannya kepada Indonesia karena benar-benar dapat melaksanakan kebijakan ekonomi makro yang penuh dengan kehati-hatian dan dapat mencapai pertumbuhan dan pemerataan. Presiden Bank Dunia menyatakan pula, tidak banyak negara yang berhasil mencapai pertumbuhan dengan pemerataan. Ia juga berjanji untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh masalah utang negara-negara yang sedang membangun. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Soeharto mengusahakan agar negara negara industri maju ikut serta memikirkan masalah utang ini.Bukan untuk Indonesia, tapi yang diperjuangkan Indonesia adalah utang negara-negara sedang membangun yang utangnya sangat memberatkan, terutama 18 negara yang termiskin di dunia.
Bilateral
Kepala Negara Sabtu sorejuga menerima PM Kanada, Jean Chretien serta PM Srilanka, Chandrika Bandaranaike Kumaratunga. PM Kanada, menyampaikan ucapan selamat atas keberhasilan Indonesia menyelenggarakan pertemuan APEC di Bogor dari sudut penyelenggaraan dan substansinya. Kedua pemimpin bertukar pikiran bagaimana menyukseskan pertemuan APEC di Osaka bulan November. Dalam kerangka bilateral, kedua pemimpin sepakat perlunya ditingkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua belah pihak. Bulan Januari 1996, PM Kanada akan melakukan kunjungan kerja ke Indonesia, disertai oleh ratusan pengusaha, dalam upaya untuk meningkatkan perdagangan kedua negara. Sedangkan PM Srilanka menjelaskan perkembangan terakhir di Srilanka danjuga memberikan penjelasan mengenai kebijakan ekonomi negaranya yang sekarang lebih terbuka. Kedua pemimpin sepakat bahwa di waktu-waktu yang akan datang, kerja sama tersebut dapat ditingkatkan lagi. Untuk itu, yang penting adalah saling kunjung antara kedua belah pihak dan saling memberi informasi mengenai perkembangan ekonomi. Dengan demikian, kedua belah pihak dapat melihat potensi-potensi apa yang dapat dikembangkan. ***
Sumber: REPUBLIKA (22/ 10/ 1995)
_____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 294-296.