1966-1-15 Sidang Kabinet di Istana Bogor Didatangi Ribuan Mahasiswa, Presiden Soekarno Serukan Pembentukan “Barisan Soekarno”

Sidang Kabinet di Istana Bogor Didatangi Ribuan Mahasiswa, Presiden Soekarno Serukan Pembentukan “Barisan Soekarno” [1]

SABTU, 15 JANUARI 1966 Pagi ini Presiden Soekarno memimpin” sidang paripurna Kabinet Dwikora di Istana Bogor, dan mengundang tokoh-tokoh mahasiswa untuk menghadirinya. Oleh sebab itu hari ini kota Bogor tidak hanya didatangi oleh sebuah delegasi mahasiswa, melainkan ribuan mahasiswa yang bergabung dalam KAMI. Mereka ingin mengikuti dari dekat sidang Kabinet Dwikora tersebut, karena menurut rencana, Presiden Soekarno akan memberikan keterangan dan jawabannya secara langsung kepada seluruh rakyat.

Sementara sidang berlangsung, di luar istana telah terjadi keributan antara massa KAMI dengan anggota-anggota Cakrabirawa pengawal Istana Bogor sehingga yang terakhir ini melepaskan tembakan. Situasi baru dapat ditenangkan setelah Letjen. Soeharto, yang didampingi oleh Pangal Laksdya. (L) Martadinata dan Pangak Komjen. (Pol) Sutjipto Judodi­hardjo, datang melerai.

Sementara itu di dalam sidang, Presiden Soekarno mengatakan bahwa siapa yang sanggup menurunkan harga-harga dalam waktu 3 bulan, akan diangkatnya menjadi menteri, akan tetapi jikalau gagal, maka orang tersebut akan ditembak mati. Presiden juga mengatakan bahwa persoalan harga ini sangat sulit, sehingga ia tidak menyetujui cara-cara mahasiswa mengemukakan tuntutan mereka dengan mencaci-maki dan malah mengatakan bahwa menteri-menteri itu goblok.

Selanjutnya Presiden Soekarno menyerukan kepada para pengikutnya agar menyusun barisan, dan berdirilah di belakang Soekarno. Sehubungan dengan itu Mayjen.(Tituler) Achmadi diperintahkan untuk membentuk barisan itu. Komando inilah yang kemudian diistilahkan oleh Subandrio sebagai “Barisan Soekarno”.

Jenderal Soeharto, yang kembali menemui para mahasiswa seusai sidang, mengatakan bahwa “pemerintah masih akan meninjau lagi soal penurunan harga”, dan menganjurkan mereka menunggu hasilnya dalam waktu dekat ini. Keterangan ini diterima dengan kecewa oleh para mahasiswa. (DTS)

 

 

 

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 01 Oktober 1965 – 27 Maret 1968”, hal 40-41 . Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.