PRESIDEN SOEHARTO KUNJUNGAN RESMI KE JEPANG
(Menagih Pampasan Perang Secara Halus Kepada Pemerintah Jepang)[1]
KAMIS, 28 MARET 1968, Presiden dan Ibu Tien Soeharto beserta anggota rombongan jam 07.30 hari ini pergi meninggalkan Jakarta untuk melakukan kunjungan resmi ke Jepang dan Kamboja selama satu minggu.
Setibanya di Tokyo hari ini, Presiden Soeharto memberikan penjelasan kepada para wartawan tentang maksud kunjungannya di Jepang. Dalam pernyataan tertulisnya, Presiden Soeharto menjelaskan bahwa selain untuk mengenali Jepang dari dekat, kunjungannya juga dipergunakan untuk bertukar pikiran dengan pemimpin-pemimpin Jepang mengenai masalah-masalah yang menyangkut hubungan dan kepentingan bersama. Juga dinyatakan oleh Presiden bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia sangat menghargai pengertian dan usaha-usaha yang dilakukan Jepang selama ini untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi Indonesia dalam bidang ekonomi.
Catatan: Menurut Koos Arumdanie, Wartawan Senior Istana pada masa Presiden Soekarno-Presiden Soeharto, kunjungan Presiden Soeharto yang baru saja dilantik sebagai pejabat itu sebagai upaya menagih secara halus pampasan perang kepada Jepang yang akan dipergunakan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat di Indonesia. Bukan sebagaimana dugaan publik selama ini yang mengasumsikan kunjungan tersebut untuk membuka kran penanaman modal asing di Indonesia. Sedangkan kunjungan ke Kamboja adalah dalam rangka menancapkan tonggak awal stabilitas ASEAN, mengingat keterikatan kesejarahan Kamboja dan Jawa pada masa lalu. Selain itu juga dalam rangka membujuk Oemar Dhani agar bersedia pulang ke tanah air yang kala itu melarikan diri ke Kamboja.