1969-07-26 Presiden Soeharto Wisuda Perwira AURI

Presiden Soeharto Wisuda Perwira AURI

(Dalam Merupakan Media Komunikasi Masyarakat-Penguasa)[1]

 

SABTU, 26 Juli 1969. Dalam amanat tertulisnya pada upacara wisuda perwira-perwira remaja AURI di Yogyakarta hari ini, Presiden Soeharto mengatakan bahwa perubahan apapun yang terjadi, ada satu dasar yang mutlak yang tidak boleh berubah, yaitu semangat perjuangan dan kepribadian yang lahir bersamaan dengan kemerdekaan pada tahun 1945. Juga ditegaskannya, bahwa sikap ABRI adalah tegas dalam mempertahankan dan membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Kesetiaan yang mutlak kepada Pancasila dan UUD 1945 dan tekadnya yang bulat tanpa kenal menyerah kepada musuh adalah hakekat kepribadian ABRI.

Presiden Soeharto mengatakan bahwa dalang merupakan salah satu media penting dalam menyampaian keluhan-keluhan masyarakat kepada para penguasa. Selain itu, dalang juga merupakan media untuk memberikan penjelasan kepada rakyat mengenai maksud dan tujuan pemerintah dalam Pelita, sehingga rakyat benar-benar ikut mengambil bagian penting di dalamnya. Lebih jauh dikatakannya bahwa dalang mempunyai peranan dalam membina budi pekerti yang luhur dan landasan hidup yang baik dalam masyarakat. Demikian dikatakan Presiden Soeharto ketika menerima 162 dalang dari seluruh Indonesia hari ini di Istana Merdeka.

Presiden Soeharto mengirimkan telegram kepada rakyat Irian Barat melalui Mendagri Amirmachmud yang sedang berada disana. Dalam telegram tersebut Presiden menyerukan agar rakyat Irian Barat meneruskan persatuan dan kesatuan yang dewasan ini telah diperlihatkan oleh rakyat di kabupaten-kabupaten, dimana Pepera sudah diselenggarakan. Dalam telegram tersebut Presiden Soeharto mengungkapkan keyakinannya bahwa dari apa yang telah ditunjukkan oleh rakyat Irian Barat di Kabupaten Merauke, Jayawijaya, dan Paniai, melalui wakil-wakilnya dalam Dewan Musyawarah Kabupaten tersebut, dapat diartikan bahwa rakyat Irian Barat secara keseluruhannya tetap ingin merupakan bagian mutlak dari RI. (AFR).



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 141. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.