Presiden Soeharto: Militerisme Bukan Alat Mencapai Cita-Cita
Asia Tidak Perlu Khawatirkan Bangkitnya Militerisme Jepang[1]
Rabu, 3 Juni 1970, Pagi ini Presiden Soeharto dan rombongan tiba di Osaka. Rombongan disambut oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Kiichi Aichi, serta para pejabat Jepang lainnya. Sore harinya Presiden Soeharto dan rombongan meninjau Ekspo ’70. Selama empat jam. Presiden dan Ibu Tien Soeharto telah mengunjungi paviliun-paviliun Jepang, AS, Belanda, Cekoslovakia, dan Mitsubishi. Di paviliun Indonesia, Presiden Soeharto dan rombongan disambut dengan jamuan makan malam serta kesenian Indonesia.
Dalam konferensi pers sebelum makan malam, Presiden soeharto mengungkap adanya kemungkinan besar bagi kerjasama antara Jepang yang memiliki skill dan modal, dengan Indonesia yang memiliki sumber alam yang kaya. Namun Jenderal Soeharto mengingatkan bahwa hubungan tersebut harus dilakukan atas dasar saling menguntungkan.
Presiden juga mengemukakan bahwa Jepang mempunyai peranan besar di Asia. Ia yakin bahwa Jepang dapat memelopori usaha-usaha untuk menghilangkan kemiskinan, kemelaratan, dan kesengsaraan yang kini sedang digalakkan Asia. Pada kesempatan itu Jenderal Soeharto mengutarakan pula bahwa masyarakat Asia tidak perlu khawatir akan kemungkinan timbulnya meliterisme Jepang. Sebab, menurut Jenderal Soeharto, rakyat Jepang akan menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu, yang memperlihatkan bahwa militerisme bukanlah merupakan alat untuk mencapai cita-cita. (AFR).
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 234. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.