1970-09-05 Presiden Soeharto Temui Industriawan Jerman Barat dan Warga Maluku

Presiden Soeharto Temui Industriawan Jerman Barat dan Warga Maluku[1]

SABTU, 05 SEPTEMBER 1970, Hari ini Presiden Soeharto bertukar fikiran dengan para industriawan dan pengusaha Jerman Barat di Hotel Am Tulpenfeld. Pada kesempatan itu Presiden antara lain mengemukakan bahwa Indonesia sudah berumur 25 tahun, tetapi secara kongkrit baru memulai usaha pembangunan sekitar dua atau tiga tahun terakhir ini. Dikatakan oleh Jenderal Soeharto, pembangunan di Indonesia berlandaskan pada Rencana Pembangunan Lima Tahun yang sangat sederhana bentuknya. Tetapi rencana pembangunan ini adalah realistis, sebab meletakkan tekanan pada pembangunan industri pertanian. Menurut Presiden, dengan menmbangun industri yang menyokong bidang pertanian maka hasilnya dapat dinikmati oleh rakyat Indonesia yang 70 persennya adalah petani.

Selama di Bonn Presiden Soeharto menerima kunjungan wakil-wakil masyarakat Maluku di Negeri Belanda, yaitu Haji Olong dan VT Lucas. Mereka mewakili 8.000 orang Maluku warganegara Indonesia yang tersebar di beberapa kota di Negeri Belanda. Menjawab pertanyaan Presiden, mereka mengatakan bahwa masyarakat Maluku warganegara Indonesia di Negeri Belanda tidak akan mengkhianati Indonesia, dan tetap sebagai bangsa Indonesia.

Setelah menyelenggarakan jamuan makan siang untuk menghormati Presiden dan Nyonya Gustav Heinemann, siang ini Presiden mengadakan pertemuan dengan anggota-anggota parlemen Jerman Barat. Kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan resmi dengan Kanselir Willy Brandt. Pembicaraan selama satu setengah jam itu terpusat pada masalah ekonomi, dan berakhir dengan ditandatanganinya komunike bersama oleh kedua pemimpin tersebut.

Komunike bersama itu mengungkapkan tekad kedua negara untuk meneruskan kerjasama di bidang ekonomi dan kebudayaan. Kedua pemimpin menyepakati bahwa tujuan yang terpenting dari politik mereka adalah menciptakan perdamaian dan keamanan dunia serta menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada. Disamping itu komunike itu menyebutkan bahwa Presiden Soeharto telah mengungkapkan penghargaannya terhadap politik timur (Oost Politiek) dari pemerintah Jerman Barat, yang dinilai sebagai suatu sumbangan besar bagi ketegangan dunia. Sementara itu Konselir Willy Brandt juga menyatakan simpati pemerintahnya terhadap Prakarsa Indonesia dalam melaksanakan kerjasama regional di Asia Tenggara. (AFR).



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 255-256. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.