1972-02-13 Usai Tandatangani Komunike dengan Selandia Baru, Presiden Soeharto Menuju Filipina

Usai Tandatangani Komunike dengan Selandia Baru, Presiden Soeharto Menuju Filipina[1]

 MINGGU, 13 FEBRUARI 1972, Pagi ini ditandatangani komunike bersama antara pemerintah Indonesia dan Selandia Baru. Penandatanganan komunike ini dilakukan langsung oleh Presiden Soeharto dan PM Marshall. Dalam hubungan ini PM Marshall mengatakan bahwa pemerintah Selandia Baru telah memberikan pinjaman kredit perdagangan kepada Indonesia sebesar 500.000 dolar Selandia Baru, sebagai kredit tahap ketiga. Sedangkan kredit tahap kesatu dan kedua telah diberikan pada tahun 1970 yang lalu dengan nilai pinjaman yang sama.

Siang ini Presiden dan Ibu Tien Soeharto beserta rombongan meninggalkan Selandia Baru menuju Manila, Filipina. Setiba di ibukota Filipina, Presiden dan lbu Soeharto beserta rombongan disambut oleh Presiden dan Nyonya Marcos dalam suatu upacara kenegaraan.

Malam ini Presiden dan Nyonya Marcos mengadakan jamuan makan malam untuk menghormat kunjungan Presiden dan lbu Soeharto. Pada kesempatan membalas pidato Presiden Marcos, Presiden Soeharto mengatakan bahwa Indonesia tidak ingin memasuki blok-blok ideologi yang antagonistis, blok-blok militer yang berhadap-hadapan, ataupun blok-blok yang berdasarkan ras dan agama. Indonesia memegang prinsip bahwa seluruh bangsa harus saling hormat-menghormati, saling bersahabat dan saling membantu. Dalam menghadapi konflik-konflik kekuatan dunia, Indonesia telah menemukan jawaban yang digali dari pengalaman sendiri, yakni konsepsi ketahanan nasional.

Mengenai pembangunan dikatakan oleh Presiden bahwa Indonesia telah mencapai kemajuan yang berarti. Setapak demi setapak kami usahakan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, yang sebagian besar adalah petani. Sekalipun demikian, tantangan yang dihadapi Indonesia tidaklah kecil. Akan tetapi kami percaya akan mampu menundukkannya, terutama karena vitalitas bangsa Indonesia yang terus-menerus diberi kekuatan dari kepribadian sendiri, yang berakar dari sejarah dan kebudayaan Indonesia yang telah tua. (WNR)



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 415. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.