Presiden Soeharto: Pers Harus Tepo Seliro (Tenggang Rasa)
(Tusukan Prajurit-Prajurit Pena Tidak Kalah Tajamnya Dari Tusukan Prajurit-Prajurit Berbayonet)[1]
RABU, 5 APRIL 1972, Presiden Soeharto hari ini menerima kunjungan anggota-anggota Dewan Pers di Istana Merdeka. Kepada mereka, Presiden menyampaikan harapannya agar dalam tulisan-tulisan dan kritik-kritik, pers Indonesia harus “tepo sliro”(tenggang rasa). Hal ini karena, menurut Presiden, tusukan prajurit-prajurit pena tidak kalah tajamnya dari tusukan prajurit-prajurit berbayonet. Lebih jauh, Presiden mengatakan bahwa kalau prajurit pena serampangan dan tidak pandai-pandai dalam tulisan-tulisannya, maka mereka bukan saja akan menusuk kulit, tetapi juga hati yang bersangkutan. (AFR)
[1] Dikutip Langsung dari Buku Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973, hal. 431.