Presiden Soeharto Memulai Kunjungan Ke Birma dan Singapura[1]
SENIN, 26 AGUSTUS 1974, Presiden dan Ibu Tien Soeharto, beserta rombongan, pagi ini meninggalkan tanah air dalam rangka kunjungan kenegaraan ke Birma dan Singapura selama lima hari. Tiba di Rangoon siang ini, Presiden beserta rombongan disambut meriah dalam suatu upacara kehormatan oleh Presiden Republik Sosialis Uni Birma, Jenderal Ne Win. Kedua kepala negara kemudian mengadakan pembicaraan menyangkut hubungan antara kedua negara dan masalah-maslah internasional lainnya.
Malam ini Presiden Ne Win menyelenggarakan jamuan makan malam menghormat kunjungan Presiden dan Ibu Soeharto di negerinya. Dalam pidato selamat datangnya, pemimpin Birma itu mengatakan bahwa krisis bahan bakar, bahan makanan dan keuangan dewasa ini telah menghambat pembangunan di beberapa negara berkembang. Untuk menghadapi krisis-krisis tersebut, Ne Win menganjurkan adanya suatu kerjasama internasional, tetapi ia dengan tegas menolak campur tangan asing dalam masalah dalam negeri.
Dalam pidato balasannya Presiden Soeharto menegaskan perlunya dieratkan saling pengertian dan pemantapan kerjasama yang memang memungkinkan untuk dilaksanakan. Oleh sebab itulah, katanya, tujuan kunjungannya ke Birma adalah untuk mengadakan tukar pikiran serta pengalaman dengan Presiden Ne Win, guna melanjutkan dan memperluas apa yang telah pernah dicapai dalam pembicaraan ketika Birma mengunjungi Indonesia. (AFR).
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 149-150. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.