Peringati Turunnya Al-Qur’an Presiden Soeharto Serukan Hidup Sederhana
Membangun Aparatur Yang Jujur dan Bersih Juga Tanggung Jawab Masyarakat[1]
SABTU 11 SEPTEMBER 1976 Turunnya Al-Qur’an diperingati malam ini di Istana Negara. Selain Presiden dan Ibu Soeharto, serta Wakil Presiden Hamengku Buwono IX dan para menteri kabinet, hadir pula dalam acara ini mantan Wakil Presiden Mohamad Hatta.
Dalam amanatnya, Kepala Negara kembali menyerukan kepada mereka-mereka yang telah berpunya untuk hidup sederhana, hidup secara wajar dan tidak bermewah-mewah, karena agama sama sekali tidak membiarkan kita hidup berlengah-lengah dan berlebih-lebihan. Dikatakan oleh Presiden bahwa sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka kekayaaan itu harus kita gunakan sebaik-baiknya untuk keperluan hidup kita yang wajar dan kelebihannya kita gunakan untuk ikut membangun masyarakat dengan jalan membangun sesuatu yang dapat menghidupi sesama manusia.
Kepada para pejabat pemerintahan dimintanya untuk benar-benar melaksanakan dan bahkan memberikan tauladan dalam hidup sederhana dan wajar itu. Dikatakannya bahwa hidup sederhana dan wajar, bersikap jujur dan tekun bekerja merupakan sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh setiap pejabat negara, yang ingin mengabdi kepada rakyat dan bangsanya yang sedang memeras keringat untuk membangun. Kepada masyarakatpun diminta Presiden untuk turut berusaha agar pejabat bersikap jujur dan melaksanakan tugas selurus-lurusnya, jangan malah menggoda dengan pemberian-pemberian. Dalam hal ini ia mengingatkan bahwa membangun aparatur yang jujur dan bersih adalah juga tanggungjawab masyarakat. (AFR).
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 392-393. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.