1976-12-23 Peringati Hari Ibu, Presiden Soeharto: Mempertahankan Mekanisme Kepemimpinan Bukan Berarti Mempertahankan Seorang Jadi Presiden

Peringati Hari Ibu, Presiden Soeharto: Mempertahankan Mekanisme Kepemimpinan Bukan Berarti Mempertahankan Seorang Jadi Presiden[1]

Kamis, 23 Desember 1976, Peringatan Hari Ibu yang berlangsung di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, pagi ini dihadiri oleh Presiden dan Ibu Soeharto. Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto telah menberikan hadiah Tabanas kepada Ibu Sunardi dari Yogyakarta, pemenang Ibu Teladan tingkat nasional.

Dalam amanatnya, Kepala Negara telah berbicara panjang lebar untuk memahami, melaksanakan, dan mempertahankan mekanisme kepemimpinan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Dikatakannya bahwa mempertahankan mekanisme kepemimpinan tersebut sama sekali tidak berarti mempertahankan seseorang untuk tetap menjadi Presiden Republik ini. Sebab, katanya lebih jauh, makanisme kepemimpinan nasional tidak lain adalah aturan-aturan dasar tentang bagaimana bangsa dan Negara menegakkan pimpinan nasionalnya dan bagaimana Negara dan bangsa itu dipimpin dalam bergerak secara tertib dan terarah menuju cita-cita bersama.

Di bahagian lain amanatnya, Presiden Soeharto juga menekankan pada pentingnya pemilihan umum dalam rangka mewujudkan dan menumbuhkan mekanisme kepemimpinan nasional. Oleh karena itu ia menghimbau janganlah ada diantara kita yang acuh tak acuh terhadap pelaksanaan pemilihan umum yang akan datang. Jangan ada di antara kita, kata Kepala Negara, karena tidak ikut pemilihan umum lalu menyalahkan pihak lain bila keinginan dan pikirannya tidak tertampung dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat.

Berbicara tentang penataan kehidupan politik, ia mengatakan bahwa pengelompokan dan penghimpunan kekuatan sosial politik kedalam dua partai politik dan Golongan Karya telah terjadi melalui proses yang demokratis dan telah berlangsung dalam waktu yang cukup panjang. Karena itu, tandasnya, melalui tiga wadah itulah diharapkan dapat dihasilkan pemimpin-pemimpin politik nasional yang tangguh dan dapat diandalkan oleh rakyat. Demikian Presiden. (WNR).



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 421. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.