Lantik AKABRI, Presiden Soeharto: Para Perwira Harus Nyalakan Idealisme Pembangunan Bercorak Kerakyatan[1]

KAMIS, 21 DESEMBER 1978 Bertempat di Pangkalan TNI-AL di Ujung, Surabaya, Presiden Soeharto pagi ini menyaksikan upacara prasetia dan melantik 219 perwira lulusan Akabri tahun 1978/1979. Dalam amanatnya, Kepala Negara mengingatkan para perwira remaja agar selalu sadar bahwa mereka mengemban tugas sejarah untuk memegang panji-panji kepeloporan dalam kehidupan bangsa. ABRI harus menjadi pelopor, tidak saja dahulu pada masa perang kemerdekaan, melainkan juga sekarang, pada masa pembangunan. Kepeloporan ABRI itu bukanlah untuk sekadar dibangga-banggakan, apalagi disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Kepeloporan ABRI justru merupakan tantangan sejarah yang harus dijawab dengan pengabdian dan pengorbanan. Ditegaskan oleh Presiden bahwa ABRI adalah pengabdi, pengawal dan pengaman terpercaya bangsa dan negara.

Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa sebagai prajurit dari suatu bangsa yang sedang membangun, maka para perwira harus tetap menyalakan idealisme pembangunan yang bercorak kerakyatan. Untuk menjalankan tugas tersebut, para perwira dimintanya untuk meresapi dan menghayati Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Sebelas Asas Kepemimpinan ABRI. Sebab, menurut Presiden, dengan benar-benar meresapi dan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, para perwira akan dapat menjadikan dirinya sebagai prajurit pejuang, disamping sebagai prajurit yang terampil dan bangga atas profesinya. Demikian antara lain dikatakan Presiden. (WNR)