1983-06-04 Jamuan Makan Malam Untuk PM Hawke, Presiden Soeharto Jelaskan Prinsip Luar Negeri Indonesia dan Soal Timor Timur

Jamuan Makan Malam Untuk PM Hawke, Presiden Soeharto Jelaskan Prinsip Luar Negeri Indonesia dan Soal Timor Timur [1]

SABTU, 4 JUNI 1983 Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan PM Hawke di Istana Merdeka pagi ini. Pembicaraan menyangkut masalah bilateral antara kedua negara, disamping persoalan­ persoalan regional dan internasional lainnya. Salah satu topik yang didiskusikan adalah mengenai pandangan Australia dalam kasus Timor Timur.

Di Istana Negara malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam untuk menghormati kunjungan Perdana Menteri dan Nyonya Hawke di Indonesia. Makan malam yang dilanjutkan dengan acara kesenian itu berlangsung selama tiga jam lebih.

Dalam kata sambutannya, Kepala Negara telah mengungkapkan prinsip­ prinsip politik luar negeri Indonesia. Dikatakannya bahwa Indonesia memang ingin bersahabat dan bekerjasama dengan semua negara, disamping ingin juga memperdalam saling pengertian dengan negara-negara lain, terlebih­ lebih dengan negara tetangga terdekatnya. Oleh sebab itu adalah wajar dan adil apabila Indonesia juga mengharapkan sikap serupa akan diterimanya dari semua negara lain.

Presiden juga menegaskan bahwa untukmewujudkan stabilitas kawasan ini dan perdamaian dunia, Indonesia dan Australia sama-sama memikul tanggungjawab. Menurut Presiden, tanggung jawab bersama inilah yang telah mendorong kedua negara untuk memperkuat persamaan dalam mencapai tujuan-tujuan besar dan menyelesaikan dengan semangat saling percaya perbedaan-perbedaan pandangan mengenai masalah-masalah kecil yang bisa saja timbul antara kedua negara yang berdaulat.

Pada kesempatan itu secara khusus Presiden telah pula berbicara tentang Timor Timur. Dikatakan oleh Presiden bahwa hanya dalam waktu beberapa tahun saja setelah propinsi itu dibangun, rakyat Timor Timur dapat mencapai kemajuan-kemajuan yang mengesankan dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, jauh melampaui apa yang telah diberikan oleh kolonialisme selama empat abad. (AFR)

—————————-

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 27-28. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.