1984-12-04 Peringati Maulid Nabi, Presiden Soeharto:Tidak Sempurna Iman Sebelum Cintai Saudara Seperti Cintai Diri Sendiri

Peringati Maulid Nabi, Presiden Soeharto:Tidak Sempurna Iman Sebelum Cintai Saudara Seperti Cintai Diri Sendiri

SELASA, 4 DESEMBER 1984 Dengan mengutip sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa tidak sempurna iman kita sebelum kita mencintai saudara-saudara kita seperti kita mencintai diri kita sendiri, Presiden Soeharto mengajak umat Islam Indonesia untuk meresapi kembali kesadaran dan kesetia-kawanan sosial. Ajakan itu disampaikan Kepala Negara dalam sambutannya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Istana Negara malam ini.
Dikatakan oleh Presiden bahwa tanpa kesadaran dan kesetiakawanan sosial, maka persatuan dan kesatuan nasional tidak mungkin tercapai, padahal persatuan dan kesatuan nasional merupakan syarat mutlak untuk terwujudnya stabilitas nasional. Ditambahkannya bahwa dengan kesadaran dan kesetiakawanan sosial kita berharap tidak akan terjadi jurang sosial yang dalam dan lebar antara kalangan yang berpunya dan kaum yang tak punya. Kesadaran dan kesetiakawanan sosial itu lebih-lebih kita perlukan karena pembangunan kita masih akan berjalan panjang dan tidak akan sepi dari ujian dan tantangan. Dalam hal ini ditegaskannya bahwa dengan kesadaran dan kesetiakawa,nan sosial, maka beban yang berat akan dapat kita pikul bersama dan •beban. yang ringan dapat kita jinjing bersama dengan rasa yang seikhlas-ikhlasnya.
Dalam bahagiah lain amanatnya, Presiden mengajak umat Islam untuk menyadari sedalam-dalamnya bahwa menyusutnya peranan agama dalam kehidupan masyarakat akan buruk akibatnya bagi perkembangan masyarakat kita. Dalam rangka ini, maka merupakan kepentingan dan keperluan kita untuk menjaga dan memelihara kegiatan dakwah keagamaan, kata Presiden. Ditegaskannya bahwa demikian penting arti dan pengaruh kegiatan dakwah keagamaan itu, sehingga pelaksanaannya meminta rasa tanggungjawab yang sebesar-besarnya bagi para penyelenggara dan para da’i. Dakwah yang bertanggungjawab adalah dakwah yang memperkuat sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, bukan yang mengakibatkan retaknya persatuan bangsa, menyesatkan dan mengganggu stabilitas nasional (AFR)

__________________________

Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 245-247. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.