1990-06-04 Presiden Soeharto Mengadakan Konferensi Pers di Hotel Shangri-La Kuala Lumpur

Presiden Soeharto Mengadakan Konferensi Pers di Hotel Shangri-La Kuala Lumpur [1]

SENIN, 4 JUNI 1990 Sebelum meninggalkan Kuala Lumpur, siang ini Presiden Soeharto mengadakan konferensi pers di Hotel Shangri-La. Saat itu ia didampingi oleh Menko Ekuin Radius Prawiro, Menteri Luar Negeri Ali Alatas, Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono, dan Penasihat Ekonomi Pemerintah, Prof Dr Widjojo Nitisastro.

Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa Indonesia telah banyak memberikan bantuan kepada kerjasama Selatan-Selatan, seperti dalam bidang produksi pangan, kependudukan, pengelolaan pinjaman luar negeri, pembangunan, dan lain sebagainya. Sampai sekarang Indonesia telah membantu 63 negara Selatan dengan lebih dari 200 proyek, termasuk latihan untuk lebih dari 2.000 orang di Indonesia. Bantuan itu diberikan kepada negara-negara Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Diungkapkan oleh Kepala Negara bahwa di Kuala Lumpur ia mengadakan pembicaraan dengan salah seorang kepala negara yang 70% dari pendapatan negaranya digunakan untuk membayar utang luar negeri, sebab negara tersebut ingin tetap membayar utangnya. Ia mengatakan kepada kepala negara tersebut bahwa Indonesia juga mempunyai banyak utang, tetapi Indonesia mempunyai prinsip-prinsip tertentu tentang utang luar negeri, yaitu sebagai pelengkap, merupakan pinjaman lunak, utang jangan jangka panjang, dan harus mempunyai masa tenggang (grace period) yang cukup agar proyek itu bisa menghasilkan dulu. Selain itu, dengan adanya perbedaan kurs mata uang asing, Indonesia meminta agar perbedaan itu dapat dikembalikan sebagai bantuan khusus untuk dijadikan sebagai dana rupiah buat membiayai proyek-proyek pembangunan.

Diterangkan pula bahwa dalam rangka kerjasama Selatan-Selatan sebagaimana yang jadi sasaran G-15, saling memberikan pengalaman, kemampuan dan potensi, perlu sekali, malahan memberikan informasi yang diperlukan saja sudah merupakan kerjasama yang bermanfaat. Dalam kerjasama Selatan-Selatan, Indonesia menawarkan kemampuannya; untuk itu silahkan lihat dan kalau yakin silahkan manfaatkan.

Mengenai hasil KTT G-15 Presiden mengemukakan pula bahwa program-program dapat saja dilaksanakan tanpa menunggu semua negara menyetujuinya, asal secara prinsip disetujui dan saling menguntungkan. Sebab hambatan yang ada harus diterobos dimana anggota Selatan ada sekitar 130, jadi kalau menunggu semuanya setuju, maka akan susah. Agar kerjasama Selatan-Selatan itu terus meningkat, maka KTT seperti ini dapat diadakan bukan hanya sekali saja. Selain itu juga perlu dibentuk suatu komite dan para ahli yang membuat rumusan-rumusan yang telah diputuskan. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 309-310. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.