1996-3-11 Ribuan Pelajar dan Mahasiswa Demo Sidang Kabinet, Muncul Informasi Pasukan Tidak Dikenal, Lahir Supersemar

Ribuan Pelajar dan Mahasiswa Demo Sidang Kabinet, Muncul Informasi Pasukan Tidak Dikenal, Lahir Supersemar [1]

JUM’ AT, 11 MARET 1966 Ribuan mahasiswa dan pelajar telah menutup jalan-jalan yang menuju ke Istana Merdeka pagi ini. Mereka bermaksud membatalkan sidang paripuma Kabinet Dwikora “Yang Disempurnakan”, yang akan dipimpin oleh Presiden Soekarno. Tergabung dalam KAMI dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), aksi-aksi demonstrasi mereka menjadi semakin gencar sejak awal1966.

Hari ini mereka berdemonstrasi karena tuntutan mereka agar pemerintah membubarkan kabinet belum dipenuhi. Perubahan susunan Kabinet Dwikora yang diumumkan Presiden Soekarno pada 22 Pebruari 1966, sama sekali tidak memuaskan mereka, oleh sebab di dalamnya masih terdapat tokoh-tokoh yang diduga terlibat dalam G.30.S/PKI. Hambatan-hambatan jalanan dan aksi pengempesan ban yang dilakukan para mahasiswa dan pelajar itu telah berhasil mencegah sebagian menteri untuk menghadiri sidang kabinet yang pertama itu. Bebarapa orang menteri terpaksa dijemput dan diangkut ke istana dengan helikopter AURI. Sementara Menpangad Letjen. Soeharto tidak hadir dalam sidang kabinet ini, karena sakit.

Ketika sidang tengah berlangsung, Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Brigjen. Moh. Sabur, melaporkan kepada Presiden tantang adanya gerakan dari pasukan yang tidak dikenal identitasnya di sekitar istana. Presiden Soekarno disarankan meninggalkan sidang. Oleh sebab itu sidang kabinet segera dihentikan, dan Presiden Soekarno, dengan diikuti oleh Waperdam I, Dr. Subandrio, dan Waperdam Ill, Chairul Saleh, meninggalkan Istana Merdeka menuju Istana Bogor dengan helikopter. Atas permintaan Presiden, sidang dilanjutkan di bawah pimpinan Waperdam II, Dr. J. Leimena, yang tidak lama kemudian menskorsnya kembali.

Sementara itu, memuncaknya ketegangan dan keresahan di kalangan pelajar dan mahasiswa pada hari ini juga disebabkan oleh pernyataan yang dikeluarkan partai-partai politik sehari sebelumnya. Pernyataan partai politik dan organisasi massa tanggal 10 Maret 1966 tersebut bernada me­ngecam kegiatan demonstrasi yang dilalukan oleh para pelajar dan mahasiswa akhir-ahir ini. Sehubungan dengan itu, hari ini muncul pula reaksi yang membela para pelajar dan mahasiswa itu, antara lain dari GP Ansor. Pimpinan GP Ansor memberikan pernyataan : Pertama, aksi yang dijalankan para mahasiswa dan pelajar Indonesia akhir-akhir ini adalah suatu manifestasi dari pada hasrat rakyat yang menuntut segera dibubarkannya PKI dengan membersihkan semua lembaga negara, termasuk kabinet Dwi­kora, dari unsur-unsur/simpatisan G.30.S/PKI dan menanggulangi kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Kedua, kalau tuntutan para mahasiswa dan pelajar tidak segera dipenuhi, maka akan memberikan kesempatan kepada kaum subversi dan kontra-revolusi untuk mengambil keuntungan dalam kekeruhan. disamping itu, tertundanya keppres mengenai pembubaran PKI akan memperdalam kekecewaan rakyat. Ketiga,: aksi-aksi yang telah dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar memang menimbulkan ekses-ekses yang negatif, tapi jangan menilai ekses negatifnya saja dan melupakan saripati tuntutan mereka yang adil dan benar. Keempat, menegaskan tentang mutlak perlunya persatuan Tri-Abdi di Ampera, terutama didalam menghancurkan setiap infiltrasi dan subversi Nekolim dan golongan kontra-revolusi.

Sehubungan dengan reaksi yang negatif terhadap pernyataan partai-partai dan organisasi massa, hari ini pimpinan partai dan organisasi massa telah memberikan penjelasan untuk menjernihkan suasana :

Pertama, bahwa pernyataan kemarin itu dibuat dalam keadaan tergesa-gesa, sehingga tidak dapat dijelaskan keseluruhan dari maksud yang dikandung dan diutarakan oleh partai politik dan organisasi massa.

Kedua, tindakan Waperdam I yang tidak mengabulkan permintaan partai-partai politik dan organisasi-oraganisasi massa yang meminta waktu sampai jam 20 malam saja sangat disesalkan.

Ketiga, pengertian “Tidak dapat dibenarkan cara-cara yang dipergunakan para mahasiswa/pelajar yang akibatnya langsung atau tidak langsung dapat membahayakan jalannya revolusi dan merongrong kewibawaan PBR Bung Karno” dalam pernyataan kemarin berarti “Dibenarkan cara-cara yang tidak membahayakan jalannya revolusi”.

Keempat, menyadari bahwa yang dituntut oleh mahasiswa/pemuda/

pelajar adalah sesuai dengan hati nurani rakyat dan partai politik/organi­sasi massa, yaitu :

  1. membubarkan PKI serta organisasi-organisasi massa/afiliasinya secara yuridis formal,
  2. membersihkan kabinet dari unsur-unsurlsimpatisan pembela G.30.S/PKI, dan
  3. menanggulangi kesulitan ekonomi secara sungguh-sungguh dan jujur agar dapat dihasilkan penurunan harga.

Kelima, menyadari hal-hal tersebut di atas, partai politik/organisasi massa bertekad untuk mengganyang infiltrasi dan subversi Nekolim serta golong­an kontra-revolusioner siasat G.30.S/PKI, bersama ABRI di bawah PBR Bung Karno. Keenam, menegaskan mutlaknya persatuan Tri Abdi Ampera.

Sore ini, tiga perwira tinggi AD-Mayjen. Basuki Rachmat, Brigjen. M Jusuf dan Brigjen. Amirmachmud, meminta izin kepada Letjen. Soeharto, di kediamannya di Jalan H Agus Salim, untuk menemui Presiden Soekarno di Bogor. Di Istana Bogor, sebagaimana pesan Jenderal Soeharto, mereka mengusulkan kepada Presiden Soekarno kalau Letjen. Soeharto diberi kepercayaan, maka ia akan bisa mengatasi keadaan ini. Sesudah mem­bahasnya beberapa lama dengan ketiga jenderal tersebut, Presiden Soekarno yang didampingi oleh Subandrio, Chairul Saleh dan Leimena menyetujui untuk mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letjen. Soeharto.

Isi dari surat perintah tersebut ialah memberikan kekuasaan kepada Letjen.Soeharto, untuk dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/l Pemimpin Besar Revolusi, mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusil Mandataris MPRS, serta demi keutuhan bangs a dan negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

Surat Perintah tersebut kemudian populer sebagai “Surat Perintah 11 Maret” atau Supersemar. Isi lengkap Supersemar tersebut dapat dilihat dalam Lampiran I.

Malam ini juga Jenderal Soeharto mengadakan pertemuan dengan keempat panglima angkatan, pimpinan partai politik dan organisasi massa, serta beberapa tokoh mahasiswa. Dalam pertemuan ini Letjen. Soeharto

menjelaskan proses lahirnya Supersemar itu, dan sekaligus menyampaikan keputusan tentang pembubaran PKI kepada semua pimpinan partai politik dan organisasi massa. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 01 Oktober 1965 – 27 Maret 1968”, hal 51-55 . Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.