Tangerang, 17 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak. H.M. Soeharto
di Jl. Cendana No.8
TERHINDAR DARI PERANG SAUDARA [1]
Dengan hormat,
Saya sebagai rakyat kecil turut prihatin atas kejadian yang menimpa Bapak sekeluarga. Semoga Bapak tetap tabah, sabar, dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kejadian yang menimpa bangsa kita ini bukan salah Bapak dan bukan salah siapa-siapa, melainkan sudah kehendak alam, tuntutan sejarah dan merupakan qudrat serta irodat Allah semata.
Kalau saja pada tahun 1992, saat para pengasuh meninggalkan Bapak, Bapak menyadarinya dan pada akhir tahun 1997 Bapak berusaha mencarinya, barangkali keadaannya tidak separah ini.
Biarlah orang lain bicara macam-macam, tetapi kita harus tetap berupaya agar perang saudara dapat terhindarkan, sehingga bangsa dan negara kita tercinta ini tetap utuh.
Kita saling mendoakan saja dengan cara dan dari tempat masing-masing sambil mengharap petunjuk dan lindungan-Nya. (DTS)
Hormat saya,
H. Adiwidhata HM.
Kotamadya Dati II Tangerang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 30. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.