Mohon Tanda Tangan

Jakarta, 26 September 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Jakarta

MOHON TANDA TANGAN [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Sebagai seorang pengagum Bapak saya sangat terkesan atas kesabaran dan ketegaran Bapak dalam menghadapi situasi dan kondisi saat ini. Saya sedih melihat betapa masyarakat sekarang ini terkesan kurang menghargai jasa-jasa dan pengabdian para pemimpinnya. Seakan-akan mereka lupa bahwa 32 tahun yang lalu negara dan bangsa telah diselamatkan oleh seorang tokoh yang tidak terkenal waktu itu.

Bagi generasi saya yang mengalami bagaimana pahitnya kehidupan di tahun 1960-an, di waktu itu saya masih SMP merasakan sulitnya untuk makan yang layak. Pakaian sekolah yang hari ini dipakai, malamnya harus dicuci untuk dipakai lagi besoknya. Belum lagi kegiatan sekolah sering terganggu dengan berbagai pengerahan massa untuk menghadiri kegiatan yang bersifat politik yang dilakukan PKI.

Saya hanya dapat berdoa, semoga Allah Swt tetap melindungi Bapak dan memberi karunia kesehatan dan kesejahteraan. Semoga masyarakat sadar bahwa apa yang menimpa bangsa dan negara ini sebagai cobaan dari Allah Swt adalah juga kesalahan dari masyarakat dalam menjalani perannya.

Demikianlah, dan atas perkenan Bapak untuk menandatangani Sampul Hari Pertama terbit Prangko yang saya sertakan, dalam surat ini, menyampaikan ribuan terima kasih. Kenang-kenangan ini akan saya simpan dengan baik dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya, sebagai salah satu cara untuk menghargai jasa-jasa dari tokoh yang telah membuat sejarah di Republik ini. (DTS)

Hormat saya,

Rachmat Asaad

Jakarta Barat

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1072. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.