Jakarta, 23 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Moh. Soeharto
di Jakarta
BAPAK JANGAN MENGHILANG BEGITU SAJA [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya sangat terharu dan respek sekali atas keputusan Bapak untuk “berhenti” sebagai Presiden RI. Keputusan tersebut menunjukkan bahwa Bapak adalah “Negarawan Tulen” seorang negarawan yang benar-benar mengutamakan keutuhan dan kejayaan bangsa di atas segala-galanya.
Bapak Soeharto yang budiman. Dari lubuk hati yang paling dalam dan dengan setulus-tulusnya, saya ucapkan terima kasih serta bangga dengan keputusan tersebut. Saya tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi, jika keputusan tersebut terlambat Bapak ambil. Mungkin saat ini dan selanjutnya kita akan melihat proses penghancuran bangsa, bahkan pertumpahan darah sesama anak negeri. Namun berkat keputusan Bapak yang arif dan mulia, bangsa ini terhindar dari keadaan yang memalukan dan menyedihkan tersebut.
Saya yakin dan percaya, sebagai negarawan dan pejuang, Bapak dapat menyikapi keadaan ini secara arif dan proporsional. Oleh karena itu saya harap, agar suara-suara minor yang sering terdengar akhir-akhir ini janganlah Bapak yakini sebagai opini masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Percayalah, masih ada jutaan orang yang melihat persoalan ini secara jernih dan wajar. Naif sekali untuk menimpakan semua kesalahan ini hanya kepada Bapak! Saya yakin dan sadar bahwa Bapak telah berbuat banyak sekali untuk republik ini, sumbangsih Bapak telah jauh melampaui yang dilakukan oleh manusia lain.
Dikarenakan keyakinan inilah, saya sangat kecewa dan sedih dengan suara-suara minor atau pernyataan-pernyataan vulgar yang ditujukan kepada Bapak oleh sebagian masyarakat dalam menanggapi krisis ini, yang notabene sebagian diungkapkan oleh mantan kader-kader Bapak. Begitu gampangnya mereka berubah. Nauzubillah minzalik!
Sebagai anak bangsa, yang telah banyak menikmati hasil pembangunan di bahwa kepemimpinan Bapak, dengan sadar dan tulus ikhlas saya ungkapkan bahwa saya tetap menghormati dan mencintai Bapak. Saya kagum dan bangga dengan karya Bapak. Oleh karena itu, janganlah Bapak menghilang begitu saja. Saya tetap dan selalu rindu dengan senyuman khas Bapak, senyuman Jendral Besarku! Terima kasih. (DTS)
Wassalam,
Hemmanto Hambali
Jakarta
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 97-98. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.