No Bodies Perfect

Jakarta, 15 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak Jend. Purn. H. Soeharto

di tempat

NO BODIES PERFECT [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Surat ini adalah murni dari seorang anggota masyarakat biasa; seorang ibu rumah tangga yang kebetulan selama hidup saya 32 tahun berada di bawah kepemimpinan Bapak. Jadi saya tidak pernah merasakan kepemimpinan nasional lain, selain Bapak, sehingga mungkin pernyataan saya ini kurang objektif akibat tidak adanya pembanding. Juga surat ini tidak mempunyai maksud-maksud tertentu, selain hanya ingin menyampaikan, apa yang saya rasakan sekarang.

Pertama-tama, saya mohon maaf karena berkeinginan untuk menulis surat kepada Bapak. Tujuan surat saya ini tiada lain ingin menyatakan rasa simpati, hormat yang mendalam kepada Bapak sebagai seorang Bapak Bangsa yang begitu arif dan bijaksana dalam menghadapi situasi yang kita hadapi sekarang. Saya salut atas sikap kebapakan yang telah ditunjukkan oleh Bapak dalam menghadapi mereka-mereka yang oportunis, ambisius, dan tendensius.

Walaupun saya bukan seorang politikus, tetapi entah mengapa saya mempunyai perasaan yang mendukung kebijaksanaan-kebijaksanaan Bapak dan dalam banyak hal senantiasa dapat membenarkan tindakan-tindakan Bapak tersebut. Walaupun dalam hal-hal tertentu saya juga mempertanyakan, ada maksud apa di balik kebijaksanaan tersebut.

Jauh sebelum peristiwa ini terjadi, saya sering berdiskusi di kantor dengan teman atau pimpinan saya. Dan saya selalu dapat memahami bahkan membenarkan tindakan Bapak dengan argumentasi bahwa tidak mungkin Bapak mempunyai keinginan untuk menghancurkan bangsa ini, karena Bapak telah berjuang berpuluh-puluh tahun menghantarkan bangsa kita hidup dalam gengsi yang cukup diperhitungkan oleh negara­-negara lain.

Perasaan saya mengatakan bahwa apa yang dibuat oleh Bapak didasarkan pada tanggung jawab moralnya. Bapak menjadi presiden bukan karena ambisi untuk mengumpulkan kekayaan dan memiliki power, tetapi mungkin Bapak tidak rela meninggalkan Indonesia dalam keadaan yang terpuruk, sehingga terasa perjuangan Bapak hanya setengah jalan dan terkesan kurang bertanggung jawab.

Kami berupaya memberikan dukungan moral kepada Bapak dan meyakinkan, bahwa Bapak tidak sendirian dan kehilangan seluruh anak-­anak bangsanya. Yakinlah bahwa berjuta-juta rakyat Indonesia masih menaruh hormat dan berdoa untuk Bapak. (DTS)

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Irma Habibie

Jakarta Selatan

[1]   Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 118-119. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.