Surabaya, 29 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di Jakarta
TERIMA KASIH UMAT KRISTEN [1]
Dengan Segala hormat,
semoga Bapak panjang umur dan semoga Tuhan selalu melindungi Bapak serta keluarga besar Cendana. Bapak Soeharto, saya terharu dan sedih, karena Bapak dihujat oleh masyarakat. Tak terasa air mata saya jatuh sambil membaca koran, karena disebutkan Bapak Soeharto harus diadili dan digantung oleh pengunjuk rasa. Masyarakat harusnya berterima kasih atas perjuangan Bapak Soeharto semasa penjajahan sampai orde baru.
Bapak H.M. Soeharto kami mengucapkan banyak terima kasih atas perjuangan Bapak Soeharto. Selama memegang pemerintahan, kami merasa aman, terutama bagi kami yang beragama Kristen. Sekarang kami harus waspada terhadap pemerintahan baru. Masyarakat terlalu kejam terhadap Bapak. Masyarakat harus menoleh ke belakang karena Bapak telah menumpas G.30.S/PKI. Dan kami mendoakan semoga Tuhan selalu melindungi Bapak beserta keluarga. Berdosalah orang-orang yang menghujat Bapak.
Ibu Siti Hardiyanti Rukmana yang saya hormati, saya ingin bertatap muka sama Bapak Soeharto dan Ibu Siti Hardiyanti Rukmana, tapi apa daya tangan tak sampai.
Salam dan doa yang selalu mengiringi keluarga Bapak Soeharto. Sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besamya atas kelancangan atau kata-kata saya yang mungkin menyinggung perasaan Bapak. (DTS)
Hormat kami,
Pius
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 167. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.