PRESIDEN PERINGATKAN PENANGKAP IKAN MODERN JANGAN BERGERAK DI PANTAI

PRESIDEN PERINGATKAN PENANGKAP IKAN MODERN JANGAN BERGERAK DI PANTAI [1]

 

Jakarta, Indonesia Raya

Para penangkap ikan yang modern dari para investor asing di bidang perikanan harns berada di laut lepas daerah pantai dimana kaum nelayan kita yang miskin mencari nafkahnya. Hal itu diungkapkan Presiden Soeharto kemarin di Istana Merdeka. Beliau menerima 24 anggota Pimpinan/Himpunan Kerukunan Nelayan Indonesia yang diketuai oleh Sugiarto ketua Fraksi Golongan Karya dalam DPR.

Membiarkan peralatan modern menangkap ikan di daerah pantai berarti memperpanjang masa paceklik bagi nelayan kita. Peralatan modern di laut disamping membawa keuntungan juga kerugian berupa mundurnya pendapatan kaum nelayan. Diungkapkan juga oleh Presiden karena kurangnya koordinasi maupun tidak jelasnya peraturan2 banyak kapal asing yang menangkap udang di perairan kita membuang begitu saja ikan yang ikut tertangkap. Memang mereka mungkin ingin mematuhi perjanjian dengan kita yaitu hanya menangkap udang, tetapi ikan yang terbawa itu tentu sudah ikut mati. Di Maluku dan Kalimantan hal seperti ini terjadi, dimana yang ditangkap di laut sebagaian besar bukan udang.

Masalah ini harns dicari jalan keluarnya, kata Presiden misalnya apakah mungkin ikan2 yang dilemparkan kembali ke laut itu diberikan kepada nelayan2 dari daerah dimana kehidupan mereka telah diganggu oleh penangkap ikan modern itu.

Bimbingan masal (bimas) dapat diberikan kepada nelayan itu, kata Presiden, sebab pemeliharaan ikan ditambak2 telah diberikan pinjaman kredit dan bibit unggul.

Nelayan kita yang kebanyakan merupakan buruh saja dapat diberikan kredit untuk membeli peralatan, kemudian hutang mereka diangsur secara cicilan yang tidak memberatkan. Dikatakan bagaimanapun nelayan harns dibebaskan dari pemerasan para tengkulak dan pemilik modal (juragan).

Para nelayan kita yang miskin dan tidak pernah mengenal musim makmur, kata Presiden karena musim penangkapan ikan yang baik hasilnya lebih banyak jatuh ke tangan para tengkulak maupun juragan2. Pada waktu paceklik tidak ada musim penangkapan ikan, para nelayan lebih merana lagi, karena mereka terpaksa berurusan dengan sistim ijon yaitu meminjam uang dahulu sebelum mereka menghasilkan ikan.

Presiden menyarankan pula walaupun koperasi menjadi momok bagi masyarakat nelayan tetapi hendaknya Himpunan Nelayan mengusahakan agar nelayan2 itu menumbuhkan kepada nelayan kembali kepada koperasi. Sebab dengan koperasi yang bersifat gotong royong itu sedikit banyak usaha telah dilakukan untuk menolong mereka, demikian Presiden.

Ke Jawa Tengah

Presiden Soeharto sekeluarga kemarin siang bertolak ke Yogya untuk kunjungan selama 3 hari di Jawa Tengah. Kunjungan ini hanya untuk urusan keluarga menyambut bulan suci Ramadhan. Menurut Presiden akan kembali ke lbukota Minggu sore. (DTS)

Sumber: INDONESIA RAYA (14/09/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 233-234.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.