PRESIDEN MEMPERTIMBANGKAN HADIR TIDAKNYA DALAM KTT OPEC

PRESIDEN MEMPERTIMBANGKAN HADIR TIDAKNYA DALAM KTT OPEC [1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto sedang mempertimbangkan hadir tidaknya dalam pertemuan tingkat tinggi negara-negara anggota OPEC. Demikian Menteri Adam Malik menjelaskan di Istana Merdeka, Senin kemarin, selesai melapor hasil pertemuan khusus OPEC di Algiera tanggal 24- 26 Januari.

Ia menambahkan, Presiden mengakui bahwa pertemuan para pemimpin negara OPEC memang penting sekali artinya, dan Kepala Negara sendiri dahulu pemah menyatakan harapan dapat hadir dalam pertemuan tersebut. KTT itu direncanakan awal Maret, di Aljazair.

Selat Malaka

Dalam pertemuan dengan presiden, disinggung pula reneana pertemuan para Menlu RI, Malaysia dan Singapura mengenai Selat Malaka. Menurut Adam Malik, pertemuan di Singapura itu akan berlangsung sekitar tanggal 16-18 Februari. Ia menyatakan yakin bahwa ketiga negara akan sependirian dalam masalah-masalah yang dibahas.

Ia tidak bersedia menegaskan, apakah dengan Singapura apakah masih terdapat perbedaan pandangan. “Pendeknya kapal “Showa Maru” ternyata berhenti mempercepat proses saling-temu dan saling-sepakat antara ketiga negara pantai yang bersangkutan”, katanya.

Ditambahkannya, RI telah punya gambaran mengenai hasil maksimal yang akan diperoleh dalam pertemuan tiga negara nanti.

Sekalipun demikian secara tak langsung ia memberi contoh mengenai pembatasan tonase kapal boleh lewat Selat Malaka. “Kita harus buktikan, bahwa kapal lebih dari 200 ribu ton adalah bahaya,” katanya.

Sedang mengenai tuntutan ganti rugi, karena pengotoran oleh “Showa Maru”, Menlu menyatakan yang penting adalah diperolehnya kesanggupan pihak Jepang untuk membayar, dan tak perlu harus kontan kini.

Masalah Eritrea

Menjawab pertanyaan mengenai pergolakan di Eritrea, Menlu tampak berhati­-hati. “Masalahnya tak gampang, complicated!,” katanya. Ia mengemukakan, soal ini sudah agak lama diketahui, tapi laporan nyata mengenai keadaan terakhir belum diperoleh.

Menurut Menlu dalam soal ini kita harus hati-hati, antara lain mengingat hubungan kita dengan Ethiopia selama ini baik sekali, disamping belum diketahui jelas apakah pergolakan Eritrea merupakan semacam “perjuangan nasional”, gerakan separatis atau sekedar minta otonomi yang lebih baik. (DTS)

Sumber: KOMPAS (04/02/75)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 704-705.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.