7 DUBES BARU DILANTIK: PETA POLITIK BERTAMBAH RUMIT KATA PRESIDEN
Duta-duta besar wanita hendaknya dapat mempertebal keyakinan kaum wanita Indonesia, bahwa semua lapangan pekerjaan yang terhormat danjabatan-jabatan tinggi negara terbuka lebar-lebar bagi mereka, Presiden Soeharto mengatakan hari ini ketika melantik tujuh duta besar baru di Istana Negara.
Keyakinan yang demikian itu hendaknya juga menjadi mendorong bagi kaum wanita untuk lebih aktif berperan dalam pembangunan, kata Presiden.
Secara khusus dalam pidatonya itu Presiden menyatakan di antara para Duta besar yang dilantiknya adalah Nyonya Artati Soedirdjo yang menduduki posnya di Bern, Swiss.
"Saat ini kita memiliki dua orang duta besar wanita yang aktif bertugas", kata Presiden. Seorang Duta besar wanita lainnya ialah Sukadiyah yang kini berkedudukan di Denmark.
"Saudari Artati Soedirdjo tidak asing lagi dalam tugas-tugas dan masalah-masalah luar negeri," kata kepala Negara.
Ke-tujuh dutabesar yang dilantik itu ialah Taufik Rachman Sudarbo untuk Senegal, Nurmatias untuk Jerman Timur, Nyonya Altati Soedirdjo untuk Swiss, R. Gandoel Soegantyo Koesoemadigdo untuk Tanzania, Marsekal Madhya Soebambang untuk Muangthai, Ali Alatas untuk PBB dan Alex Rumambi untuk Swedia.
Diplomasi
Presiden Soeharto mengatakan, dalam zaman yang masih penuh dengan ketegangan sekarang ini, seharusnya semua negara bersatu bahwa diplomasi jalan untuk menghindarkan peperangan.
Dunia sekarang masih dipenuhi oleh ketidakpastian dan ketegangan baik di bidang keamanan, politik, ekonomi maupun sosial. Api peperangan berkobar di berbagai tempat dan kawasan, menyebarkan kematian dan malapetaka.
"Sementara peperangan diberbagai tempat belum terselesaikan, muncul perang baru di tempat lain," kata Presiden.
Peperangan-peperangan ini jika tidak dapat dibatasi dan tidak segera teratasi dapat menyeret seluruh dunia dalam bencana yang dahsyat. Sementara itu pemupukan kekuatan terus berlangsung di antara kekuatan kekuatan besar dunia.
Di bidang politik perebutan pengaruh antara kekuatan kekuatan besar dunia terus berlangsung, yang tidak jarang, sadar atau tidak sadar telah menyeret negara-negara yang sedang membangun dalam lingkungan pengaruh salah satu pihak, kata Presiden.
Resesi
Presiden mengatakan, di bidang ekonomi tetap diliputi oleh suasana lesu dan mencekam, resesi ekonomi dunia belum juga teratasi, kemacetan ekonomi dunia belum tertembus dan pengangguran berjangkit di mana-mana.
Di bidang sosial negara-negara yang sedang membangun, masih bergulat matimatian melawan keterbelakangan, kelaparan dan penyakit.
Memang sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi ketegangan dan kepincangan-kepincangan, namun hasilnya belum juga memuaskan karena dilihat dari semangat pemecahan dan skala masalahnya, usaha usaha tadi hanyalah bersifat tambal sulam.
"Dunia akan terasa tenteram dan damai jika semua negara mau memecahkan masalah-masalah bersama ini secara mendasar," kata Presiden.
Kata Presiden, masih banyak negara mengandalkan pada politik kekuatan. Kekuatan militer maupun ekonomi, untuk memaksakan kehendak atau menanarnkan pengaruh kepada negara lain.
Sesungguhnya dalam keadaan dunia sekarang ini semua bangsa saling membutuhkan dan saling erat berhubungan satu dengan yang lain, Presiden. (RA)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber : MERDEKA (12/06/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 729-731.