7 tahun menggali pemikiran dan tindakan Pak Harto: 1991-1997

7 Tahun menggali pemikiran dan tindakan Pak Harto Judul:
7 Tahun menggali pemikiran dan tindakan Pak Harto / Wiranto
Pengarang/Penulis:
Wiranto
Subjek:
Soeharto–Politics and government–1966-1998

Penerbit :    Citra Kharisma Bunda, 2011
ISBN :   6028112127, 9786028112123
Tebal :   524 halaman

Buku ini mengingatkan pada buku “Sewindu Dekat Bung Karno”: oleh Bambang Widjanarko. Baik Wiranto maupun Bambang Widjanarko adalah mantan ajudan presiden yang menuliskan pengalamannya selama menjalankan tugas sebagai ajudan presiden. Perbedaannya, dalam buku “Sewindu Dekat Bung Karno”: Bambang Widjanarko menulis sebagai pihak kedua yang menuturkan pengalamannya selama menjadi ajudan, sedang Wiranto menuturkan sebagai pihak pertama – Direkam dan dipaparkan kembali oleh Wiranto. Gaya paparan Wiranto sedikit berbeda dengan buku “SOEHARTO PIKIRAN, UCAPAN DAN TINDAKAN SAYA’: seperti dipaparkan kepada G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. Kesamaannya, kedua buku tersebut ditulis sebagai otobiografi Pak Harto.

Perbedaan gaya paparan antara Wiranto dengan G. Dwipayana dan Ramadhan K.H, dapat dicermati dari gaya bertutur dalam konteks yang sama. Oleh sebab buku “SOEHARTO – PIKIRAN, UCAPAN DAN TINDAKAN SAYA – sudah jauh lebih dahulu terbit dibandingkan buku “7 TAHUN MENGGALI PEMIKIRAN DAN TINDAKAN PAK HARTO (1991-1997)”, maka gaya paparan G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. kadung melekat sebagai gaya bertutur Pak Harto, sedangkan yang dipaparkan oleh Wiranto agak berbeda.

Salah satu perbedaan dalam substansi dan gaya paparan keduanya terlihat dalam menuturkan masalah Taman Mini Indonesia lndah (TMll). Halaman 503 Wiranto menuliskan, “Beberapa orang telah berusaha menghalang-halangi, terwujudnya cita-cita mendirikan Taman Mini Indonesia lndah itu, dengan menghasut rakyat, yang tidak tahu menahu. Berkat rahmat dari Tuhan jugalah, yang menuntun kita semua, untuk menemukan jalan yang benar. Bahwasanya yang bathil itu, akan tersingkir dengan sendirinya. Kini, Taman Mini itu telah terwujud. Rakyat banyak bangga, terhadap pembangunan Taman Mini tersebut. Banyak sekali manfaatnya yang dapat diambil, dari pembangunan Taman Mini Indonesia lndah ini”.

7 Tahun menggali pemikiran dan tindakan Pak HartoSedangkan G. Dwipayana dan Rhamadan K.H. menuliskan di halaman 315, “Saya tahu ada kelompok tertentu yang ingin rnenjadikan proyek yang kami cita-citakan itu sebagai issue politik. Mereka mencari kesempatan untuk bisa mengganggu kestabilan nasional. Saya pernah mengingatkan bahwa saya tidak akan membiarkan cara-cara yang tidak demokratis seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dan akan menindak orang orang yang bersangkutan itu jika mereka terus melakukan tindakan mereka yang dapat mengganggu stabilitas nasional. ‘Kalau mereka tidak mengerti akan kalimat – tidak akan saya biarkan, terus terang saja, akan saya tindak’, kata saya, Demi kepentingan Negara dan Bangsa, “Super Sernar” bisa saya pergunakan untuk mengatakan ‘keadaan darurat’ Saya bertanggungjawab kepada rakyat dan Tuhan dalam mempergunakannya”.

Dapat dicermati pada paparan G. Dwipayana dan Ramadhan K.H., bagaimana Pak Harto menyikapi kelompok yang menolak pembangunan Taman Mini lndonesia lndah. Ketegasan Pak Harto sebagai seoprang pemimpin dalam menyikapi penolakan itu tercermin dalam kalimat, “Demi kepentingan Negara dan Bangsa, ‘Super Semar’ bisa saya gunakan untuk mengatakan ‘keadaan darurat’. Dalam paparan Wiranto tidak terlihat ketegasan Pak Harto, padahal itu adalah substansi pemikiran dan tindakan Pak Harto yang dapat bertindak tegas dalam menyelesaikan masalah.

Kolonel KKO (Marinir) Bambang Widjanarko menjadi ajudan Presiden Soekarno sejak tahun 1958 sampai dengan tahun 1966. Pengalamannya selama 8 tahun (sewindu) menjadi ajudan dituliskan dalam bukunya, sejak Presiden Soekarno berada dalam puncak kekuasan hingga kekuasaannya mulai redup. Sementara Wiranto yang menjadi ajudan selama lebih dari 3 tahun. Pada halaman XI buku Wiranto dituliskan, “Maka semenjak saat itu (tahun 1991) setiap hari Jumat selama 7 tahun saya menampung berbagai pengalaman dan pemikiran Pak Harto lewat tahya jawab yang sangat intens dan direkam dengan lingkup permasalahan yang sangat beragam dan luas”. Menjadi pertanyaan apakah setelah tidak lagi menjadi ajudan dan memangku jabatan lain dalam TNI mulai sebagai Kepala Staf Kodam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, KSAD hingga Menhamkam/Panglima ABRI, Wiranto tetap intens setiap hari Jumat bertemu dan mendengar berbagai pengalaman dan pemikiran Pak Harto?

Walaupun telah kadung terstigma dengan buku “Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” – oleh G. Dwipayana dan Hamadhan K.H., buku Wiranto, masih dapat bertutur berbagai peristiwa dan pemikiran, tindakan Pak Harto dalam konteks sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, politik, pada kurun waktu 7 tahun (1991-1998), utamanya yang tidak terdapat dalam buku G. Dwipayana dan Rharnadan K.H. yang hanya bertutur sampai tahun 1988.

Sebagai orang yang sangat dekat dengan Pak Harto, sejatinya Wiranto memiliki ruang yang lebih luas untuk mengungkap pemikiran dan tindakan Pak Harto pada saat akhir kepemimpinannya. Apapun buku ini akan menambah kaya khazanah pustaka kita tentang Pak Harto.

Resensi Oleh: Noor Johan Nuh

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.