1984-10-05 Peringati Hari ABRI, Presiden Soeharto: Kemanunggalan ABRI-Rakyat Merupakan Benteng Paling Kokoh

Peringati Hari ABRI, Presiden Soeharto: Kemanunggalan ABRI-Rakyat Merupakan Benteng Paling Kokoh

 

JUM’AT, 5 OKTOBER 1984 Berkenaan dengan Hari ABRI ke-39, pagi ini Presiden Soeharto bertindak selaku Inspektur Upacara pada peringatan yang berlangsung di Parkir Timur Senayan, Jakarta, mulai pukul 08.00. Acara ini antara lain ditandai dengan defile dan penganugerahan tanda kehormatan Satya Lencana kepada para prajurit teladan.
Dalam amanatnya, Kepala Negara telah mengajak kita semua untuk merenungkan dengan dalam hakikat perjuangan mempertahankan dan menegakkan Pancasila. Dikatakannya bahwa jika dalam babak perjuangan dahulu, ABRI bersama-sama seluruh kekuatan bangsa kita telah berhasil dalam perjuangan mempertahankan dan menegakkan Pancasila, maka dalam babak perjuangan pembangunan sekarang dan selanjutnya, bersama­ sama dengan selumh bangsa kita pun ABRI harus berhasil dalam perjuangan besar melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Ini berarti, di satu pihak, dengan rasa tanggungjawab yang sebesar-besarnya ABRI harus melindungi rakyat, bangsa dan negara kita terhadap segala macam marabahaya dan rongrongan terhadap Pancasila. Dan di lain pihak, ABRI harus mampu menjadi stabilisator dan dinamisator dalam pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Kesetiaan ABRI terhadap Pancasila tidak pernah goyah sedikit pun di masa lampau sampai hari ini. Kesetiaan ABRI terhadap Pancasila itu tidak pernah akan goyah hari esok dan sepanjang masa. ABRI harus timbul tenggelam bersama-sama Pancasila itu, ABRI harus timbul tenggelam bersama-sama rakyat yang berjiwa Pancasila.
Kemanunggalan ABRI dengan rakyat merupakan benteng yang paling kukuh untuk menyelamatkan dan mengamalkan Pancasila secara lestari. Karena itu rakyat harus memelihara kewaspadaan yang tinggi agar tidak terpancing oleh anasir-anasir destruktif yang ingin memisahkan ABRI dengan rakyat. (AFR)

_______________________________

Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 223-224. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.