Bapak Mundur Secara Bijaksana

Jakarta, 24 Oktober 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di tempat

BAPAK MUNDUR SECARA BIJAKSANA [1]

Dengan hormat,

Pertama-tama kami mohon maaf atas surat yang kami sampaikan ini, karena kami tidak dapat dipertemukan dengan Bapak. Semoga Bapak sekeluarga sehat wal’afiat.

Kami ingin sampaikan bahwa kami adalah salah satu yang selalu akan menghormati Bapak sebagai seorang pahlawan sejati. Peristiwa di Jogya adalah Bapak yang berada di tempat itu, peristiwa G-30-S adalah juga Bapak yang berani mengambil langkah awal, sedangkan pada peristiwa berhentinya Bapak menjadi Presiden juga Bapak lakukan dengan cara yang bijaksana, terhormat, dan satria.

Ayah kami sering bercerita mengenai masa perjuangan bagaimana waktu beliau bersama teman-temannya mengambil keputusan untuk melakukan operasi pemboman Ambarawa, bagaimana rasanya masuk dalam tahanan Belanda, bagaimana rasanya mengajukan pensiun dari kedinasannya sebelum waktunya dan beliau bercerita bagaimana pertama kali bertemu dengan Pak Harto di Kostrad yang menawarkan cerutunya.

Kami yakin bahwa dalam sifat kesatriaan Bapak tidak berbeda dengan ayah kami sendiri. Adalah cita-cita kami untuk dapat sowan dan bersalaman dengan Bapak.

Memang keadaan sekarang belum menguntungkan, usaha kamipun praktis tidak produktif dan kegiatan kami sekarang yang utama adalah mengawasi perkembangan serta memberikan tempat pendidikan yang terbaik bagi anak-anak kami, dengan harapan semoga mereka kelak juga mempunyai sifat bijaksana dan kesatria. (DTS)

Wassalam,

Ardhy W. Suhamoko

Jakarta

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 58. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.