Tuhan Beserta Kita

Kupang, 28 Mei 1998

Yang kami sayangi,

Bapak Soeharto dan keluarga

di Jakarta

TUHAN BESERTA KITA [1]

Salam sejahtera,

Perkenankanlah kami sekeluarga, menghaturkan rasa hormat dan simpati kami kepada Bapak, yang mengambil keputusan arif dan bijaksana untuk mundur dari jabatan presiden demi kepentingan bangsa dan negara.

Sesungguhnya atas keputusan tanggal 21 Mei 1998 itu kami sekeluarga belum mampu menerima, disebabkan karena Bapak tengah memperjuangkan nasib keluarga-keluarga miskin dengan berbagai macam program pengentasan kemiskinan.

Di saat Bapak menyatakan mundur, banyak anggota keluarga meneteskan air mata haru dan sedih. Ini menandakan masih banyak yang mencintai Bapak. Kami sangat menyayangkan, perjuangan Bapak yang begitu tulus untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dikotori oleh sebagian kecil orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Kami masih sangat mengharapkan pikiran, ucapan, dan tindakan Bapak dan keluarga untuk meneruskan perjuangan mengentaskan kemiskinan dengan kapasitas yang ada saat ini.

Perlu kami informasikan bahwa penyaluran dana (Takesra, Kukesra, dan KPKU) dari yayasan Dana Sejahtera Mandiri yang Bapak pimpin, memberikan dampak yang sangat positif Untuk meningkatkan kesejahteraan di NTT.

Dalam masa transisi ini, banyak nada sumbang mendiskriditkan Bapak dan keluarga. Harapan kami, Bapak dan keluarga tidak menanggapi. Kami percaya Bapak selaku prajurit pejuang mampu mengatasi dengan segala kebesaran hati. Ketahuilah, Bapak tidak sendirian menghadapi hal ini. Masih banyak pendukung Bapak di belakang.

Akhirnya, doa dan harapan kami kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Mohon maaf yang sedalam-dalamnya bila ada tutur kata yang tidak berkenan. Selamat berjuang Jenderal Besar, Tuhan bersama kita. (DTS)

Hormat kami,

Kel. Folabessy

Kupang

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 92-93. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.