Jakarta, 26 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Jl. Cendana No.8 Jakarta
TIDAK INGAT SEJARAH [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pak Harto yang saya cintai ….
Salam hormat dari ananda yang merupakan satu dari sekian banyak anak-anak bangsa yang sampai pada saat ini masih, dan insya Allah tetap memberikan rasa hormat kepada Bapak semoga Bapak dalam keadaan sehat-sehat saja dan tetap dalam lindungan serta kasih sayang Allah SWT.
Sebenarnya sudah sejak lama ananda ingin mengirim surat pada Bapak, sekedar ingin menuangkan rasa simpati ananda yang dalam kepada Pak Harto, ananda tahu, karena ananda lihat dan ananda dengar sendiri, bagaimana keberadaan Bapak, kehormatan Bapak yang pada saat itu masih menjadi presiden diinjak-injak, dilecehkan, seakan-akan mereka semua lupa akan sejarah, ananda tahu itu semua karena ananda pun juga mahasiswa di Jakarta. Sekali lagi salam hormat ananda dan rasa impati yang dalam kepada Bapak, betapa tidak menjelang dan setelah turunnya Bapak dari Jabatan, Bapak mendapat perlakuan yang tidak baik, dari berbagai kalangan dan pemberitaan yang menyakitkan hati. Namun Bapak menghadapi semua itu dengan tegar, sabar, ananda di sini hanya bisa berdoa semoga Bapak bisa menjalani masa-masa pahit ini dengan sabar. Amin.
Pak Harto …..
Ananda bisa merasakan bahwa sebenarnya ada keinginan yang besar dan kuat pada diri Bapak untuk memimpin reformasi, mengadakan perubahan-perubahan pada bangsa ini namun itulah yang terjadi. Namun ananda kira untuk berbakti pada nusa dan bangsa tidak mesti jadi Kepala Negara iya kan Pak …? dan pemahaman ini saya yakin ada pada diri Bapak … dan saya terharu setelah membaca FORUM terbaru, di mana kendati pun sudah tidak menjabat Presiden Bapak masih memikirkan bangsa ini.
Pak Harto …….
Mungkin hanya ini yang dapat ananda sampaikan pada Bapak …. Mohon maaf bila ada hal-hal yang kurang berkenan dan terakhir ananda ucapkan SELAMAT ULANG TAHUN, pada Bapak semoga tetap diberi kekuatan, kesehatan, dan tetap dalam lindungan Allah SWT. (DTS)
Hormat kami,
Ananda M. Junaidi Aris
Jakarta Pusat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 122-123. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.