Pengorbanan Bapak Sangat Besar

……..1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

ditempat

PENGORBANAN BAPAK SANGAT BESAR [1]

Pak Harto yang saya Kasihi….

Saya sangat bersedih menyaksikan acara pengunduran diri Bapak selaku Presiden RI, yang dilaksanakan secara sangat sederhana. Karena bagi saya pribadi, Bapak adalah tokoh yang sangat saya kagumi, negarawan sejati. Saya selalu mendukung Bapak, karena bagi saya tanpa Pak Harto, pembangunan Indonesia tidak akan maju seperti ini. Pertumbuhan Ekonomi meningkat, dan Indonesia disegani dunia dalam perdagangan.

Hanya masalah krisis ekonomi inilah yang menyebabkan keadaan negara kita seperti ini, Pak. Pengorbanan Bapak pada Negara sangat besar. Saya selaku mahasiswa malah merasa prihatin melihat aksi rekan-rekan mahasiswa yang menurut saya tidak menghargai usaha dan pengorbanan yang telah Bapak berikan pada negara ini, negara di mana mereka dapat bernapas, dan bersekolah dengan baik seperti ini.

Pandangan pribadi saya, rekan-rekan mahasiswa mudah terpancing oleh suasana yang terjadi di sekitarnya, dan mudah dipengaruhi oleh pandangan pihak-pihak yang tidak mendukung Bapak. Saya kecewa, Pak melihat situasi seperti sekarang, di mana orang-orang yang dulu pernah berjuang dengan Bapak sekarang berbalik dan tidak mendukung Bapak. Sungguh patut dipertanyakan loyalitas mereka kepada pimpinan.

Saya mendukung sepenuhnya penunjukan Bapak B.J. Habibie selaku presiden Rl yang ke-3. Saya pribadi tidak menyukai pendapat-­pendapat yang sepertinya selalu menyalahkan pemerintah. apa yang dibuat pemerintah selalu saja salah.

Bagi saya, negara ini sudah tidak aman lagi sejak Bapak tidak menjadi presiden. Apa yang kami rasakan hanyalah penderitaan semata-mata. Pedih rasanya melihat kehancuran pembangunan yang sudah berjalan selama ini. Akan tetapi, saya bersyukur, saya lahir, besar, tumbuh dalam iklim yang sangat baik, mendukung kelancaran studi saya, sehingga saya bisa lulus sarjana dan akan diwisuda pada tanggal 27 Juni nanti.

Pak, Bapak juga sangat dipercaya dunia, sebagai negarawan sejati, karena itu selalu masih ada tempat bagi Bapak di hati orang-orang yang mencintai Bapak. Dan bagi saya, Bapak adalah tokoh yang toleransi beragamanya sangat tinggi.

Pak Harto yang baik ….

Lega rasanya menulis surat ini kepada Bapak. Tiap hari saya menangis, jujur saja saya katakan bahwa tiap detik saya memikirkan negara ini. Sampai-sampai saya stress … tidak habis pikir saya, bahwa mahasiswa di Yogya besok akan demonstrasi lagi menentang Bapak Habibie, dan menuntut Bapak Habibie mundur lagi. Mau ke mana negeri ini? Jika seorang pemimpin dapat diperintah seenaknya oleh rakyat, bagi saya people power yang disebut-sebut masyarakat sudah salah kaprah.

Masyarakat sudah terlalu bebas sehingga salah mengartikan bahwa kedaulatan di tangan rakyat itu, dapat sesukanya mengganti pimpinannya, seperti yang saya lihat di televisi bagaimana tokoh-tokoh cendekiawan berbicara seenaknya, mengharap Bapak Soeharto turun, kemudian Bapak Habibie turun, dan rakyat akan memilih sekehendak hatinya siapa yang akan menjadi presiden lagi. Saya sungguh prihatin dan kecewa sekali, Pak, maafkan kelakukan teman-teman saya mahasiswa/i yang penuh dengan idealisme dan mudah terpengaruh oleh tokoh-tokoh penggerak masa.

Sekali lagi terima kasih atas segala kebaikan Bapak menjaga dan melindungi negara ini selama 32 tahun, suatu kurun waktu yang panjang dan melelahkan, tapi Bapak tetap berjuang dengan tegar, bersama­sama dengan rakyat. Terima kasih Bapakku. Untuk segala tanggung jawab selama ini yang begitu besar.

Kami, saya dan beberapa teman saya selalu menghormati, menghargai dan tidak akan melupakan jasa-­jasa dan perjuangan Bapak. Saya selalu berdoa agar bangsa kita tercinta ini cepat keluar dari krisis dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu memberi kesehatan yang baik kepada Bapak, dan selalu melindungi Bapak dan seluruh keluarga.

Amin. (DTS)

Marsefio Sevyone Luhukay

Mahasiswi Fisipol (Komunikasi)

Yogyakarta

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 151-152. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.