Ternate, 4 Juni 1998
Kepada
Yth. Pak Harto (mantan Presiden)
di Jakarta
PAK HARTO HARUS DILINDUNGI [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Sebelum menyampaikan isi hati saya, izinkanlah saya terlebih dahulu memanjatkan doa, semoga Pak Harto dan keluarga selalu dalam keadaan sehat wal’afiat, lnsya Allah.
Selanjutnya dari lubuk hati yang dalam dan tulus saya ingin menyampaikan rasa haru dan terima kasih saya kepada Pak Harto selama dan setelah, menjadi Presiden RI yang ke-2. Penyampaian ini terdorong oleh, kenyataan bahwa: mengapa banyak orang termasuk para intelektual, tokoh masyarakat, bahkan orang pernah sebiduk dengan Pak Harto ramai-ramai menghujat tanpa ada rasa penghargaan dan terkesan emosional.
Saya sebagai salah seorang warga negara yang barangkali tidak tahu apa yang ada di balik omongan orang-orang tersebut telah menjurus pada unsur penghinaan dan balas dendam dan melupakan proses sejarah penjelmaan Bangsa ini, di mana pada awal Orde Baru Pak Harto adalah orang yang paling berjasa di negeri ini (tidak perlu saya utarakan).
Ini adalah fakta dan siapa yang membantah adalah munafik. Pada masa-masa sulit (walaupun saya masih kecil pada saat itu) Pak Hartolah yang mampu menyelamatkan Bangsa ini menuju cita-citanya. Mungkin orang-orang tersebut tidak akan tahu atau belum tahu apa yang dipikirkan oleh Pak Harto pada saat itu.
Untuk itu pada kesempatan ini secara pribadi saya menyampaikan pernyataan sebagai berikut:
- Kepada Pemerintah yang baru dan ABRI di bawah kepemimpinan Pak Habibie tidak perlu menanggapi berbagai tekanan yang ingin menyeret Pak Harto ke depan Sidang Umum Istimewa MPR, karena memang tidak ada dasarnya.
- Saya setuju dengan Pernyataan Menhankam/Pangab Pak Jenderal Wiranto bahwa Pak Harto sebagai mantan Presiden dan keluarganya harus dilindungi. Ini adalah salah satu bentuk tanda terima kasih dan penghargaan kita.
- Apabila Pak Harto telah tiada, kepada Pemerintah supaya mengukuhkan beliau sebagai salah seorang Pahlawan nasional karena jasa-jasanya, baik pada masa Pra kemerdekaan maupun Paska kemerdekaan.
- Mengutuk segala cara, tindakan dan pernyataan-pernyataan yang bersifat hujatan yang disuarakan oleh orang-orang yang menepuk dadanya sebagai pejuang demokrasi, padahal pernah mewujudkan karya nyatanya kepada bangsa dan negara tercinta ini dan ber-orientasi pada kepentingan kelompok/golongan bahkan kemungkinan punya borok yang lebih banyak daripada omongannya.
- Kepada tokoh-tokoh yang notabene sebagai pemimpin umat atau ormas terbesar di negara ini, hentikanlah manuver-manuver yang tidak ada ujung pangkalnya dan dapat membingungkan masyarakat, yang dibutuhkan sekarang adalah Konsep dan karya nyata, bukan orasi yang utopis. Rakyat sedang menghadapi tantangan dan cobaan. Pikirkanlah.
Kepada Pak Harto sekali lagi teriring doa semoga selalu diberikan ketabahan dan keteguhan Iman dalam menghadapi segala cobaan yang dihadapi Insya Allah.
Sekian dan salam penghormatan saya yang mendalam terhadap Bapak. (DTS)
Ketua Panitia Pembangunan Masjid Desa Leley
Arif Armain
Ternate Utara
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 250-251. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.