Banyak Musuh Dalam Selimut

Bondowoso, 24 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di Tempat

BANYAK MUSUH DALAM SELIMUT [1]

Salam sejahtera di dalam nama TUHAN YANG MAHA ESA, seiring do’a dan harapan semoga Bapak beserta keluarga selalu sehat wa ‘alfiat dan senantiasa berada dalam lindungan-Nya setiap saat. Amin.

Pak, apakah surat saya yang pertama dulu sudah sampai di tangan Bapak? Syukurlah kalau sudah sampai dengan baik.

Pak, saya menyaksikan proses serah terima jabatan (Sertijab) Presiden kepada Bapak BJ. Habibie tertanggal 21 Mei 1998 yang baru lalu. saya lihat betapa Bapak begitu tegar saat itu. Kagum saya “Pak! Bapak mundur karena kebesaran hati. Terlihat sikap Bapak yang tetap mendahulukan kepentingan rakyat serta memperhatikan aspirasi rakyat hingga detik-detik terakhir melepaskan jabatan.

Pasal 8 UUD 1945, Bapak jadikan dasar pengunduran diri. Bukan karena Bapak tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatan tetapi karena tanggungjawab Bapak dan kebesaran hati Bapak Terlihat jelas bahwa Bapak tidak menghendaki negara dan bangsa ini dalam keadaan kacau balau yang menjurus kepada perpecahan di masyarakat Indonesia, maka Bapak secara terpaksa atau sedikit terpaksa mengundurkan diri dengan lapang dada.

Pak, apapun yang terjadi, sejarah telah mencatat nama, nasihat­-nasihat, serta segala jasa Bapak bagi seluruh rakyat, bangsa dan negara. Indonesia. Dan tidak seorang pun dapat menyangkalnya.

Pak, semoga Bapak sabar, tabah, tawakal, tegar menghadapi keadaan sekarang ini. Satu hal Pak, walaupun orang-orang yang tadinya dekat dengan Bapak tiba-tiba menjauh, bermuka dua plin-plan, yang bersikap kenal kalau butuh saja, bahkan bagai musuh dalam selimut, tetapi masih ada keluarga Bapak, sebagian besar rakyat seperti saya selalu mendo’akan Bapak. Serta di atas segalanya Pak, percayalah TUHAN YANG MAHA ESA tetap sama dari dulu, selalu setia dan kasih kepada diri Bapak.

Biarlah orang berkata apapun di luar sana tentang diri serta keluarga Bapak yang pasti semua yang mereka katakan harus mampu mereka mempertanggungjawabkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA. Percayalah Pak, suatu saat kebenaran akan muncul dan membela dirinya sendiri. Dan saya percaya Bapak sekeluarga berada di pihak yang benar (sungguh).

Semoga bangsa dan negara tercinta ini selalu dalam keadaan damai, sejahtera, serta selalu bersatu padu, di dalam membangun dan mengejar yang terbaik demi kejayaan tanah air, Indonesia.

Saya sekeluarga (ayah, ibu dan adik-adik) senantiasa mendo’akan bapak sekeluarga, kiranya kesehatan, kepanjangan umur, kesabaran, ketegaran, perlindungan-Nya serta yang terbaik selalu diberikan-Nya setiap waktu, selama-lamanya bagi Bapak sekeluarga. Amin.

Demikianlah surat saya saat ini. Seandainya TUHAN menghendaki, saya akan kembali menulis surat bagi Bapak sekeluarga. Akhirnya sampailah salam dan DO’A kami sekeluarga bagi sekeluarga Bapak di Jakarta. Mauliate Godang! (Terima kasih banyak). (DTS)

Teriring Salam dan Do’a dari:

Butet Sitanggang

Bandung

NB:

Pak, terima kasih atas semua jasa serta pengorbanan waktu,

tenaga dan pikir­an Bapak bagi seluruh rakyat Indo­nesia selama ini.

Semoga TUHAN membalas segala jasa dan budi baik Bapak selama ini.

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 303-304. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.