Mojokerto, 14 Nopember 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Soeharto
di Jakarta
BAPAK PRAJURIT SEJATI[1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan rahmat Allah SWT, saya diberi keberanian untuk menulis surat ini kepada Bapak. Harapan saya kiranya Bapak selalu dalam lindungan-Nya, walaupun hampir setiap hari cercaan dan hujatan ditujukan kepada Bapak selaku mantan Presiden. Kiranya Allah SWT membukakan hati dan pikiran yang lapang bagi orang-orang yang menghujat Bapak.
Secara terbuka saya katakan bahwa selama kepemimpinan Bapak, negara Republik Indonesia menjadi lebih makmur dan lebih maju. Namun jaman dan keadaan telah berubah, ini semua atas kehendaknya juga. Semua yang terjadi di Republik ini pasti ada hikmahnya bagi kita semua.
Terlepas dari permasalahan di atas, saya merasa bangga mempunyai seorang pemimpin seperti Bapak. Bapak adalah seorang Prajurit Sejati. Saat masih aktif di ABRI Bapak terpanggil untuk menyelamatkan Negara Pancasila yang kita cintai. Saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengutus Bapak untuk menyelamatkan bangsa ini dari ancaman komunis.
Masih segar ingatan saya atas langkah-langkah program pembangunan yang Bapak laksanakan. Seperti program Transmigrasi, Keluarga Berencana, Orang Tua Asuh, bantuan IDT, Peningkatan SDM/SDA dan lain-lainnya. Ini semua masih relevan untuk kemajuan bangsa ini.
Bapak H. M. Soeharto yang saya hormati,
Masih banyak hal yang membuat saya sangat kagum terhadap Bapak. Saya mengucapkan terima kasih atas perjuangan dan kepemimpinan Bapak, yang sejak muda telah mengabdi terhadap kemajuan bangsa dan negara ini. Saya yakin, Bapak sebagai seorang prajurit dapat menghadapi segala permasalahan dan cobaan dengan sabar dan tabah. Dan semoga Allah SWT memberikan kekuatan iman kepada Bapak sekeluarga.
Saya mengharapkan saran dan nasehat serta bimbingan Bapak selaku tokoh yang saya kagumi, demi kemajuan dan masa depan saya. Khususnya tentang pendidikan maupun sebagai Anggota Resimen Mahasiswa serta kehidupan bermasyarakat.
Wassalam, (DTS)
Hormat saya,
Husein Lubis
Jakarta Pusat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 411-412. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.