Ketua South Centre
Denpasar, 29 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
Jl. Cendana Jakarta
PERLU STABILITAS POLITIK DAN EKONOMI [1]
Dengan hormat,
Melalui surat ini izinkanlah saya mengucapkan terima kasih kehadapan Bapak, yang selama 30 tahun lebih telah mampu menciptakan stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.
Berkat stabilitas politik dan ekonomi tersebut, saya mungkin termasuk golongan yang beruntung, karena sebagai seorang anak pensiunan Kopral TNI-AD, saya berhasil memiliki 3 perusahaan dengan karyawan sebanyak 60 orang. Sehingga kini saya dan keluarga dapat hidup lebih dari cukup, bahkan saya juga dapat turut membantu kehidupan dua orang kakak saya yang berpangkat Letkol dan Kolonel TNI-AD.
Keberhasilan saya sebagai seorang wirausaha, tidak lepas dari stabilitas politik dan ekonomi di bawah kepemimpinan Bapak.
Krisis ekonomi yang kita alami tidak semuanya disebabkan oleh kebijakan Indonesia yang salah, akan tetapi disebabkan pula oleh pengaruh Ekonomi Dunia yang pertumbuhannya mulai menurun.
Sebagai Pengusaha yang bergerak dalam bidang eksport, saya telah mengantisipasi hal tersebut sejak tujuh tahun yang lalu. Sehingga perusahaan saya tidak terkena dampak penurunan ekonomi dunia dan krisis ekonomi Indonesia, bahkan sekarang pendapatan/laba kotor perusahaan semakin meningkat.
Menghadapi kejadian belakangan ini, saya berharap agar Bapak tetap bersikap tegar dan tenang, seperti ketika Bapak masih sebagai Presiden. Saya bergembira membaca koran pagi ini, bahwa Bapak masih tetap sehat, bahkan bermain golf dan jogging.
Sebagai penutup saya sekeluarga akan selalu mendo’akan keselamatan dan kesehatan Bapak serta Keluarga. Sekian dan terima kasih. (DTS)
Hormat saya,
Jaya Susila
Denpasar – Bali
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 435. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.