Tidak Sama Dengan Marcos

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Tempat

TIDAK SAMA DENGAN MARCOS [1]

 

Salam sejahtera dan damai kiranya selalu menyertai Bapak,

Kami suami isteri Pendeta Jemaat GMIM Solafide Tinoor Kecamatan Tomohon Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara, sungguh sangat terbeban menyaksikan kenyataan yang saat ini dilemparkan dan dialamatkan kepada Bapak.

Mengapa bangsa ini menjadi begitu berang dan jahat terhadap sesamanya? Mengapa sesama ini seenaknya menelanjangi orang lain tanpa melihat keberadaan diri sendiri?

Hati ini bertanya, bagaimana kira-kira Bapak menghabiskan hari­-hari hidup Bapak di tengah cercaan-caci maki-fitnah dan sebagainya? Bagaimana kira-kira perasaan Bapak menghadapi kenyataan yang menurut kami begitu pahit?

Sungguh Pak! Kami meneteskan air mata pada saat hati ini menduga bahwa Bapak kecewa, menyesal, bingung dan stress. Mengapa di masa tua harus mengalami hidup seperti ini?

Tapi kami tersenyum, jawaban datang sendiri mengobati kami bahwa tidak mungkin Bapak kecewa, menyesal, bingung dan stress. Bapak punyajiwa besar dan jiwa besar itu tak mungkin Bapak khianati hanya dengan takut oleh ancaman pengadilan, penjara. Kami tahu pasti Bapak siap mati di tangan bangsa dan negara demi tanggung jawab.

Mudah-mudahan dugaan dan gambaran kami ini benar. Kami harap Bapak tabah dan sabar menghadapi kenyataan ini. Maaf Pak! kami orang Kristen, kiranya Bapak tidak tersinggung untuk kami katakan: “Ketika Kristus menghadapi cacian, fitnahan bahkan penghakiman dunia dan kematian, ia sabar dan tabah. Sabar dan tabah itulah yang membuat ia menang”.

Kami suami isteri yang kecil dan tidak punya pengaruh, karenanya ketika kami mengatakan kami di pihak Bapak pasti ini bukan merupakan suatu yang bermanfaat bagi Bapak, tapi sebagai hamba Tuhan (Pendeta GMIM) maka doa dan permohonan yang selalu kami sampaikan untuk kehidupan Bapak agar diberi ketabahan dan kesabaran, kami punya keyakinan yang pasti Tuhan bersama-sama dengan Bapak dan hal ini kiranya berarti bagi Bapak.

Orang boleh bilang bahwa munafik, kepura-puraan membungkus Bapak.

Tapi kami percaya 100% Bapak tidak berbohong. Tidak mungkin Bapak sebagai pejuang berjiwa besar mengumpulkan uang di luar negeri. Bapak pasti ingin mati di tempat sendiri dan itulah Bapak Soeharto yang tak sama dengan Bapak Markos.

Sekali lagi kiranya Bapak tabah dan sabar menghadapi hidup ini, Doa kami mengiringi dari Bapak. Kiranya Tuhan menyertai Bapak. (DTS)

Tinoor 18 September 1998

Dari kami,

Kei. Pdt. Lexy Tangka, STh

(Suami) Pdt. Lenny Kolulun,

STh (Isteri) Kab. Minahasa

Propinsi Sulawesi Utara.

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 463-464. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.