Pelajaran Yang Tidak Ternilai

Kepada

Yth. Bapak Haji Soeharto

Jl. Cendana Jakarta Pusat

PELAJARAN YANG TIDAK TERNILAI [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Pak Harto, dua bulan sudah Pak Harto mengundurkan diri sebagai Presiden Indonesia. Banyak hal yang telah dan sedang terjadi yang secara langsung atau tidak langsung bersinggungan dengan diri Pak Harto. Ada yang menghujat dan ada tentunya yang memuji. Semua ini menurut saya adalah bagian dari cobaan hidup menuju tatanan keimanan yang lebih tinggi. Saya percaya sepenuhnya bahwa Pak Harto yang selalu berada di bawah lindungan Allah Swt tidak bersedih hati dan tentunya dapat memaklumi dan kalau mungkin memaafkan semua yang terjadi, yang kurang berkenan di hati Bapak.

Pak Harto, saya menyaksikan di Televisi di kantor, upacara serah terima jabatan Presiden Indonesia. Sungguh Pak Harto telah memberikan satu pelajaran yang sangat berharga dan tidak ternilai harganya bagi perkembangan kedewasaan bangsa Indonesia. Pak Harto telah mencontohkan suatu perbuatan yang baik, yang tak akan pernah dilupakan oleh bangsa ini, walau sesungguhnya menjadi pernyataan apakah sebagian besar rakyat Indonesia menginginkan Pak Harto mundur. Namun saya bangga kepada Pak Harto, yang rela meletakkan jabatan yang sangat terhormat tersebut.

Harapan saya tentunya, semoga Pak Harto sehat wal’afiat dan lebih dekat kepada Allah Swt, dan ikhlas memberikan bantuan langsung atau tidak langsung terhadap kemajuan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Insya Allah suatu hari kelak kita mungkin dapat bertatap muka dan berjabat tangan, serta saya dapat mendengar cerita dan petuah-petuah tentang hidup yang lebih baik di Indonesia.

Wassalamu’alaikum wr. wb. (DTS)

Dr. Lukman Hakim

Depok

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 466. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.