Tentena, 26 Agustus 1998
Kepada
YTH. Bapak Jend. Besar (Purn) H. M. Soeharto
Mantan Presiden RI
Di Jakarta
LEBIH BESAR PUTIHNYA [1]
Dengan hormat,
Izinkanlah kiranya saya menyampaikan isi hati nurani saya yang paling dalam, dan kiranya berkenan bagi Bapak. Adalah pasti bahwa tidak ada yang kekal dan abadi di dunia ini. Saya memahami betapa beratnya pergumulan Bapak sekeluarga akhir-akhir ini, tetapi iman saya meyakini bahwa pergumulan ini akan berakhir.
Setiap orang ada kekurangannya, akan tetapi pasti banyak kebaikannya. Itu juga berlaku bagi Bapak sekeluarga. Kita jangan hanya melihat titik hitam pada kemeja putih. Harus dilihat, masih lebih besar putihnya daripada titik hitamnya sehingga kemeja tersebut masih bermanfaat dan masih dapat dipakai.
Ketahuilah Bapak, bahwa setiap saat kami sekeluarga tetap berdoa untuk Bapak sekeluarga. Saya percaya, di balik semua ini ada yang indah dan akan ditetapkan oleh Pencipta di hari kemudian.
Tuhan memberkati kita. (DTS)
Wassalam,
Pdt. Rudolf Bandjolu
Sulawesi Tengah
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 562. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.