Denpasar, 17 Juni 1998
Kepada
Yth. H. M. Soeharto
Di Tempat
BAPAK PEMBERANI [1]
Dengan hormat,
Saya mengucapkan selamat Hari Ulang Tahun yang ke-77 dan mendoakan semoga Tuhan senantiasa memberkati dan memberikan ketenteraman hati kepada Bapak.
Saya tidak akan pernah melupakan Bapak adalah seorang pejuang yang gagah, pemberani dan siap mempertaruhkan nyawa demi membela dan membabaskan bangsa dari penjajah. Keberanian juga Bapak buktikan pada saat mengunjungi Sarajevo. Pada saat itu, Sarajevo adalah tempat yang genting dan menggetarkan hati orang. Saya mengagumi Bapak, dan saya yakin sepenuhnya bahwa pada saat ini pun Bapak tetap tegar menghadapi situasi yang terjadi. Bagi saya, Bapak adalah Presiden saya yang telah banyak berjasa kepada negara dan bangsa. Apa yang Bapak miliki adalah anugerah Tuhan.
Saya mendoakan dan akan selalu mendoakan, semoga Bapak selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya tetap akan menaruh hormat dan menghargai jiwa besar Bapak, saya akan tetap mengagumi dan tidak akan pernah melupakan jasa-jasa dan amal baik Bapak pada negara dan bangsa Indonesia.
Mohon maaf apabila kedatangan surat ini tidak berkenan di hati Bapak, saya hanya ingin mengungkapkan isi hati saya dan mengungkapkan keprihatinan saya kepada Bapak. (DTS)
Teriring hormat kami yang terdalam,
Sunaryati
Denpasar, Bali
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 590. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.