Jepara, 30 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Muhammad Soeharto
di Jakarta
MOHON JALAN KELUAR [1]
Dengan hormat,
Bahagia sekali rasanya saya bersama keluarga ketika melihat tayangan TVRI pada saat pelaksanaan hari ulang tahun Bapak, tanggal 8 Juni 1998, karena saya bersama keluarga dapat melihat Bapak dalam keadaan sehat wal ‘afiat.
Terus terang Pak, semenjak Bapak menyerahkan jabatan kepada Presiden RI BJ. Habibie, saya sangat terharu karena seakan-akan jasa baik dan perjuangan Bapak selama ini hilang begitu saja. Tapi saya yakin dan percaya bahwa masih banyak orang yang mengakui dan menghargai pengabdian dan perjuangan Bapak, sehingga negara ini jadi lebih maju dari sebelumnya.
Kami sebagai pegawai negeri dengan penghasilan yang pas-pasan, yang dibarengi dengan krisis ekonomi saat ini, rasanya sangat sulit untuk membiayai dan meneruskan cita-cita putra/putri kami yang masih sekolah di SMP, SMU dan Perguruan Tinggi.
Saya beranikan diri menulis surat, sehingga tangisan putra/putri kami ini dapat diatasi. Apabila Bapak beserta keluarga tidak berkenan dengan surat ini kami berharap dapat dimaafkan. (DTS)
Sahrul Burlian
Jepara – Jawa Tengah
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 602. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.