Bandar Lampung, 7 September 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto dan keluarga
di Jakarta
KENAPA KEKURANGAN BAPAK
DIBESAR-BESARKAN [1]
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Yang bertandatangan di bawah ini saya:
Nama : Kahono
Jenis kelamin : Laki-Iaki
Alamat : Bandar Lampung
Pak Harto yang saya cintai, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa keprihatinan saya amat sangat mendalam, melihat sebagian mental bangsa kita yang akhir-akhir ini justru mengalami penurunan setiap waktu yang saya lihat dan dengar lewat televisi cemoohan, caci maki, mengungkit-ungkit, mencari-cari kesalahan terhadap Bapak selalu dibesar-besarkan.
Terus terang Pak saya selaku warga masyarakat yang cinta terhadap kedamaian, cinta ketenangan, cinta kesejukan pikir serta perasaan merasa sangat prihatin. Saya mendoakan kepada Bapak beserta keluarga, semoga bapak tetap diberi kekuatan iman, kesabaran serta tetap mendapat lindungan dari Allah swt.
Semoga orang-orang yang mempunyai niat-niat yang kurang baik seperti dengki, iri, ambisi, sentimen terhadap Bapak yang menurut saya sangat berhasil dalam memimpin bangsa dan negara selama ini, diberi petunjuk ke jalan yang benar, dibukakan pintu hati mereka serta diberi hidayah, amin.
Akhirnya, semoga Bapak dan keluarga tetap dalam kesabaran dalam menghadapi hari-hari untuk beristirahat serta semoga tetap diberi kekuatan iman serta kesehatan.
Cukup sampai di sini keinginan saya untuk menyampaikan rasa keprihatinan yang amat sangat melihat keberadaan mental sebagian, bangsa kita yang akhir-akhir ini menunjukkan keadaan kurang menyenangkan.
Mohon maaf atas kekurangan,
wassalamu’alaikum wr. wb. (DTS)
Sembah sujud,
Kahono
Bandar Lampung
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 770-771. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.