Tak Lupa Jasa Bapak

Medan, 6 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto dan keluarga

di Jakarta

 

TAK LUPA JASA BAPAK [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bertepatan dengan hari ulang tahun Bapak, perkenankan saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Semoga Bapak dan keluarga selalu dalam keadaan sehat, dalam lindungan Allah dan senantiasa mendapatkan limpahan rahmat-Nya, serta diberkahi ketabahan dan kebesaran hati, kekuatan iman, hidayah-hidayah lainnya agar Bapak dan keluarga tabah menghadapi cobaan -cobaan berat yang sedang dihadapi Bapak dan keluarga pada saat ini. Amien.

Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena saya hanyalah rakyat jelata, yaitu seorang ayah, dengan satu istri dan dua orang putra yang masih balita. Meskipun Bapak pada saat sekarang telah menyandang gelar mantan presiden, tapi di mata dan hati saya, saya tetap menaruh hormat dan segan sebagaimana Bapak pada saat menjabat presiden.

Saya tidak bisa dengan mudah melupakan kebijaksanaan dan kearifan Bapak dalam memimpin bangsa dan negara ini selama 32 tahun. Falsafah-falsafah Jawa Bapak yang sangat kental, yang selalu Bapak ucapkan dalam setiap kesempatan acara kenegaraan maupun acara-acara lainnya adalah ciri Bapak yang tidak dengan mudah saya lupakan seperti falsafah Ha, Na, Ca, Ra, Ka pada acara di Semarang meskipun semuanya saya lihat hanya di layar televisi (milik tetangga).

Dari lubuk hati yang paling dalam, saya sebagai rakyat yang tidak tahu permainan politik, sehingga Indonesia dihantarkan pada krisis yang memprihatinkan. Terlepas dari ikut/tidaknya andil Bapak dalam situasi krisis ini, saya tetap dengan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih atas kepemimpinan dan sumbangsih Bapak terhadap kemajuan-kemajuan Indonesia yang telah dicapai selama kurun waktu 32 tahun.

Tidak bisa dipungkiri, itu semua adalah atas kerja keras dengan pemikiran yang amat sangat berat. Karena saya merasa tanggung jawab memimpin keluarga saja sudah merasa berat, apalagi memimpin negara dengan penduduk yang sangat padat dan sangat heterogen. Sungguh pekerjaan yang sangat berat.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada Bapak. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak, saya merasa sangat senang apabila Bapak telah menyempatkan waktu untuk membaca tulisan saya yang alakadarnya ini. Dan saya akhiri surat saya ini. (DTS)

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Hormat saya,

Abu Apsan

Medan Johor – Medan

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 860-861. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.