Lawang, 01 Juni 1998
Kepada
yth. Bapak H. Moh. Soeharto
Jl. Cendana
di Jakarta Pusat
SELAMAT BERISTIRAHAT DAN
MOHON DO’A [1]
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat beristirahat, semoga Bapak sekeluarga mendapat lindungan Allah dan dalam keadaan sehat wal afiat. Banyak jasa Bapak untuk Bangsa dan rakyat Indonesia, di antaranya,
Mengajak kita untuk mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 dengan murni dan konsekuen, perwujudannya yang nyata :
- Lenyapnya Komunis di Indonesia
- Masyarakat Indonesia bisa menjalankan agama dengan tertib.
- Kukuhnya persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, yang dapat menciptakan stabilitas keamanan selama + 30 tahun.
Tidak sedikit bantuan Bapak untuk meningkatkan perkembangan Islam.
Semoga Bapak sekeluarga ikhlas menerima cobaan ini, dan tidak mengurangi semangat Bapak sekeluarga untuk beramal sholeh serta pendekatan kepada Allah Swt. Saya rasa, generasi penerus sekarang ini perlu do’a dari Bapak agar:
- Semoga cita-cita mereka dapat tercapai dengan damai serta bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan, lebih baik dari jaman kita.
- Semoga Allah memimpin mereka ke jalan yang benar, demi kemakmuran serta persatuan Bangsa.
- Semoga Allah berkenan mengampuni segala kekhilafan dan kesalahan kita semua.
Masih jauh perjalanan bangsa kita. Masih banyak hambatan, tantangan serta cobaan yang harus kita hadapi. Semoga kita mampu mengatasi segala permasalahan dengan niat yang suci, dengan cara yang mulia untuk mencapai tujuan luhur.
Saya sekeluarga menyampaikan selamat beribadah kepada Bapak sekeluarga. Semoga bapak dalam keadaan sehat selalu. Amin. (DTS)
Wassalam bit khoir
H. Sjahlan Nursidik
Malang (Jatim)
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1043–1044. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.