PARA DOKTER SUPAYA TERJUN KE PELOSOK2

HM Soeharto dalam berita

Presiden Soeharto Menyerukan:

PARA DOKTER SUPAYA TERJUN KE PELOSOK2 [1]

 

Jakarta, Sinar Harapan

Presiden Soeharto menyerukan, Rabu pagi, supaya para dokter muda terjun dan menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Pusat2 kesehatan masyarakat sekarang ini telah tersebar di segenap wilayah tanah air menunggu kedatangan para dokter.

Hal ini dikemukakan Presiden pada ”Peringatan 125 tahun Pendidikan Dokter di Indonesia”, Rabu pagi di gedung Kebangkitan Nasional Jakarta.

Berkata Kepala negara, tantangan2 besar pembangunan kita adalah bagaimana kita memerangi kebodohan, keterbelakangan dan penyakit. Jawaban atas tantangan ini untuk sebagian terletak di tangan para dokter. Tidak lupa diingatkan supaya para dokter memperbaharui tekadnya untuk memperbesar pengabdiannya kepada masyarakat yang sedang membangun.

Kepahlawanan

Presiden mengemukakankembali, bahwa pembangunan adalah suatu perjuangan besar. Setiap perjuangan selalu memerlukan kepahlawanan. Tanpa kepahlawanan, maka tidak satu perjuangan besar yang akan dapat berhasil.

Pembangunan adalah perjuangan besar suatu bangsa untuk merubah nasib, merobah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang baik, merobah segala ketimpangan menjadi suasana yang penuh keadilan, merobah hari kemarin yang penuh ketidakpastian menjadi hari esok yang menentramkan nanti.

Karena itu, kata Presiden melanjutkan, pembangunan adalah usaha yang terus menerus, gerakan maju yang sambung menyambung, menuju ke arah kehidupan kita semua yang lebih baik lahir dan batin. Pembangunan juga memerlukan sikap kepahlawanan dan pahlawan2 pembangunan, yaitu mereka yang sadar akan dasar2 dan tujuan perjoangan, mereka yang dengan penuh semangat tanpa mengenal putus asa terns mengejar tujuan perjuangan.

Lahir Nama2 Besar

Menurut Presiden, apabila peringatan 125 tahun pendidikan dokter di Indonesia diperingati hari ini, bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 Nopember di Gedung Stovia yang telah dipugar kembali, maka hati dan semangat kita kembali kepada zaman silam yang penuh kepahlawanan tadi.

Sebab, lanjut Presiden, dari kalangan mahasiswa kedokteran di permulaan abad ini, dari Gedung Stovia dahulu, bukan hanya tampil dokter2 yang terkenal namanya di lapangan kedokteran, melainkan juga lahir nama2 besar dalam pergerakan kebangsaan kita.

“Malahan bukan saja dari gedung ini lahir nama2 harum di bidang kedokteran, tetapi juga dari tempat2 pendidikan kedokteran lain lahir pula pemimpin2 terkemuka perjoangan bangsa kita di masa lampau”, tambahnya.

Namun demikian Presiden mengingatkan lagi, bangsa yang membangun tidaklah cukup hanya bangga dengan masa silam. “Kita tidak boleh hanya bangga dengan warisan yang kita peroleh dari mereka yg mendahului kita. Dengan berpijak pada kekuatan masa lampau, bangsa yg membangun harus mampu membangun masa depan yang lebih baik. Ini adalah tantangan kita semua, tantangan yg harus kita berikan jawaban yang tepat”.

Jangan Dibesar2kan

Menurut Presiden, jawaban itu sebagian telah mulai kita berikan. Dalam sepuluh tahun terakhir ini kita telah mulai membangun masyarakat kita, baik pembangunan fisik materiil maupun pembangunan mental spirituil.

Presiden juga mengakui bahwa masih banyak kekurangan2 yang mungkin juga membuat kekeliruan dan kelengahan. Kita bertekad untuk mencukupi kekurangan2 kita, kita berkemauan untuk memperbaiki kekeliruan2 kita, kita akan lebih waspada lagi.

“Yang penting jangan kita hanya mem-besar2kan kekurangan atau kekeliruan2 kita itu hingga tertutup penglihatan kita terhadap kemajuan2 yang telah kita capai”, ujar Presiden.

Meresmikan

Selesai memberikan amanatnya Presiden meresmikan tugu peringatan yang berupa patung tangan yang ter-pecah2 jarinya diikuti oleh Ny. Tien Soeharto, Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono, Moh. Hatta dll.

Pada tuguĀ  peringatan tsb dicantumkan 93 nama dokter dan mahasiswa kedokteran yang berjasa dalam perjoangan kemerdekaan dan perjoangan di bidang kedokteran dari tahun 1857 s/d 1976, al diawali nama dr. Sutomo dan diakhiri nama Arif Rahman Hakim.

Tidak Punya Ciri

Sementara itu Menteri Kesehatan dan sebagai Menteri P & K ad interim Prof GA Siwabessy mengingatkan, perjoangan dibidang kesehatan sepintas lalu tidak mempunyai ciri2 yang mempesonakan.

Umumnya pekerjaan kesehatan dan pendidikan sifatnya berada dibelakang layar, tanpa cetusan ataupun kejutan, tekun bertahun-tahun di tengah rakyat yang menderita, menghilangkan cambuk penyakit seperti cacar, patek, lepra, kolera, tuberkulose, malaria, dsb.

Ketekunan demikian disertai oleh idealisme dan pemikiran secara ilmiah, serta keberanian menghadapi bahaya maut, merupakan suatu adonan sifat2 yang didalam situasi dan kondisi apapun wajar kita namakan kepahlawanan.

Dalam bagian sambutan lainnya Menkes mengemukakan, bertemunya tugas dokter dengan perjoangan kemerdekaan ini membuktikan betapa eratnya hubungan antara korps dokter dengan kehidupan rakyat pada umumnya serta penderitaannya pada khususnya.

Karena eratnya hubungan inilah tidak sedikit jumlah dokter yang menghayati hidup ditengah rakyat sehingga timbul pribadi pejoang2 seperti Wahidin, Tjipto Mangunkusumo dan Sutomo. (DTS)

Sumber: SINAR HARAPAN (10/11/1976)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 209-2011.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.