PRESIDEN SOEHARTO:
HANYA DENGAN PELITA YANG BERLANJUT DAPAT DIATASI KEBODOHAN DAN KEMISKINAN [1]
Rantepao, Sulsel, Antara
Presiden Soeharto, hari Jum’at, menegaskan hanya dengan Pelita yang berlanjut terus menerus, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan bangsa Indonesia dapat diatasi. Presiden mengatakan hal itu di depan kurang lebih 200.000 massa rakyat Tana Toraja yang berkumpul di lapangan Gembira Rantepao, 18 km dari ibukota Kabupaten Tana Toraja, Makale, untuk melepas Kepala Negara dan Ibu Negara secara adat, setelah mereka beserta rombongannya berada di daerah itu sejak Kamis sore sebelumnya. Pelaksanaan tugas nasional melawan keterbelakangan itu, kata Presiden selanjutnya, hasilnya tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat. Pembangunan memerlukan dana, pemikiran dan waktu yang lama, sehingga dari kita diminta kesabaran.
Salah satu sarat penting yang hams dipenuhi untuk melaksanakan pembangunan itu, kata Presiden, adalah terciptanya stabilitas nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, seperti stabilitas politik, ekonomi sosial kebudayaan, pertahanan keamanan dan sebagainya, untuk mencapai “tata tentram kerta raharja”. Pembangunan tidak perlu muluk2 lebih dahulu, tapi dimulai dengan mencukupi apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Cukupi sandang pangan dan papan (perumahan) rakyat sesuai kemampuan kita, katanya.
Titik berat pembangunan diarahkan di sektor pertanian, bukan karena menganak-mas-kan petani, atau karena saya keturunan petani, kata Presiden, tapi hanya karena 85 persen bangsa Indonesia adalah petani yang harus dicukupi kebutuhannya.
Untuk itu, menurut Presiden, harus diusahakan dan ditingkatkan cara2 bertani untuk meningkatkan penghasilan petani, agar mereka memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhannya, bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga bagi keturunannya di masa depan.
Harapan Pemerintah untuk rakyat petani jangan hanya mendasarkan penghasilan pada usaha dagang tapi juga dari aneka usaha pertanian, misalnya ternak, perikanan dan perkebunan. Untuk itu diperlukan kegiatan penyuluhan sebaik2nya kepada petani. Ilmu2 tehnologi harus disebar-luaskan kepada rakyat, kata Presiden.
Bukan Untuk Segolongan Tertentu
Presiden selanjutnya mengatakan tujuan pembangunan yang digalakkan oleh Pemerintah bukan dimaksudkan untuk segolongan tertentu saja, tapi bagi seluruh rakyat Indonesia secara merata. Tujuan pembangunan itu masuk dalam trilogi pembangunan, bagi stabilitas, perkembangan masyarakat, dan perataan hasilnya untuk dinikmati seluruh masyarakat. Hal inilah yang terus menerus diusahakan Pemerintah. Menurut Presiden, Pemerintah telah menentukan rencana yang baik dengan penyediaan dana, dan hal itu baru berhasil dengan ikut sertanya rakyat bersama Pemerintah.
Di hadapan massa rakyat itu, Kepala Negara menegaskan bahwa rakyat Indonesia, termasuk rakyat di Tana Toraja, bukanlah rakyat yang malas tapi rakyat yang dinamis dan mau beketja keras.
“Kalau jiwa dan semangat ini tetap dipelihara dan ditingkatkan, maka pembangunan akan tercapai dan lambat laun tujuan kehidupan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dapat terwujud,” katanya.
Kepada rakyat di Tana Toraja yang telah memberinya gelar kehormatan adat tertinggi sebagai pemimpin, pembimbing dan pembina, Presiden Soeharto mengucapkan terima kasihnya.
“Mudah2an pengangkatan ini dapat mendorong saya dalam memimpin dan memajukan bangsa Indonesia,” kata Presiden.
Upacara penerimaan sampai kepada pelepasan Presiden Soeharto dan Ny. Tien beserta rombongan di daerah pariwisata yang terkenal dengan adat istiadat dan kebudayaan tradisionilnya itu berlangsung dalam suasana meriah dan kebesaran. (DTS)
Sumber: ANTARA (02/02/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 295-296.