Penilaian Presiden:
PERKEMBANGAN PROGRAM KB SANGAT MENGGEMBIRAKAN [1]
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Kepala Negara merasa gembira melihat laporan perkembangan program Keluarga Berencana Nasional yang telah dilaksanakan sejak 10 tahun yang lalu walaupun belummencapai sasaran menyeluruh.
Memberikan kesan-kesannya setelah melihat pameran visuil Keluarga Berencana Nasional yang dibuka Sabtu lalu di Bina Graha Presiden menulis,
“memperhatikan laporanhasil program Keluarga Berencana Nasional sungguh sangat menggembirakan, walaupun belum mencapai sasaran-sasaran secara keseluruhan-nya”.
Presiden mengharapkan agar BKKBN terus berusaha meningkatkan semaksimal mungkin peserta KB yang ideal yaitu,
“kebanggaan peserta merasa ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional lewat K.B.”
Kepada semua petugas dan karyawan yang telah mengabdikan dirinya dalam program nasional ini Kepala Negara menyampaikan penghargaannya.
Sebelum melihat danmembuka pameran yang akan berlangsung selama dua bulan dan terbuka untuk umum itu, kepada Presiden Ketua BKKBN Suwarjono Surjaningrat melaporkan perkembangan yang telah dicapai BKKBN selama sepuluh tahun sejak ditanda tanganinya naskah Deklarasi Kependudukan Dunia oleh Presiden dan Pemimpin Dunia lainnya, pada tahun 1967.
Sejak itu mulai dijalankan dan lebih ditegaskan lagi pada tahun 1970 dengan Keputusan Presiden dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan dilaksanakan sebagai bagian yang integral dari pembangunan nasional.
KB bertujuan untuk menurunkan tingkat kesuburan dalam rangka mendukung keberhasilan program pembangunan nasional dalam waktu yang sesingkat-singkatnya serta melembagakan serta membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai pola hidup keluarga.
Keberhasilan serta perluasan jangkauan selama delapan tahun terakhir dapat digambarkan dengan semakin meningkatnya peserta KB terutama bagi pasangan subur yang terdiri dari keluarga muda berpendidikan.
Dalam tahun 1969/1970 terdapat 53.000 peserta meningkat menjadi 1,5 juta dalam tahun 1974/1975, dan2,2 juta dalam tahun 1976/1977.
“Ini secara kumulatif sampai akhir tahun anggaran yang lalu dihasilkan sebanyak 8,9 juta peserta KB baru”, kata Suwardjono dalam laporannya.
Dengan melalui pembinaan yang intensif kini dapat dicatat 3,8 juta pasangan yang menjadi peserta lestari dan dari jumlah itu 35,4% menggunakan spiral, 58,4% menggunakan pil, 4,2% menggunakan kondom dan hampir 2% lainnya memakai alat kontrasepsi lain.
Dalam laporannya itu Suwardjono tidak menyinggung berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai sasaran itu. Tetapi dalam penjelasannya pada saat mengantar Presiden meninjau pameran ia mengatakan, pada tahun-tahun pertama untuk satu akseptor dikeluarkan biaya sebesar Rp. 12.000, dan pada saat sekarang pengeluaran dapat ditekan sampai Rp. 5.000,- per akseptor. Angka-angka ini diperoleh, dengan jalan membagi jumlah investasi dengan jumlah peserta KB yang ada.
Untuk melaksanakan tugasnya BKKBN kini ditunjang oleh 221 mobil unit, 2618 team penerangan KB Kecamatan, 116 pengawas PLKB, 1347 pemimpin kelompok PLKB, 6595 petugas lapangan, 14.400 orang guru kependudukan pada semua tingkat pendidikan, 217 perpustakaan dan pusat informasi, 148 rumah sakit, 3620 Klinik KB, 2113 team medis keliling, 7000 dokter swasta, 31.888 tenaga pembantu pembina KB desa dan 50.000 sarana komersil.
Pada acara pembukaan pameran itu hadir antara lain Menteri Kehakiman Mochtar Kusumaatmadja, Menteri Nakertranskop Soebroto, Menteri Kesra Soenawar Sukowati, Wakil Ketua DPA Alamsya serta para pejabat tinggi lainnya. (DTS)
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (26/09/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 600-602.